Chapter 21 : Memories

27.1K 3.3K 348
                                    

"bagaimana bisa kamu pergi tanpa meninggalkan jejak, kamu membuat kami nyaris mati, tahu?" Yuta berjalan menghampiri Jaemin yang sedang duduk di samping Sicheng. Mengusap surai tebal anaknya dengan sayang lalu membubuhkan ciuman kecil di kening. Jaemin hanya bisa tersenyum kecil, ia sendiri tidak tahu harus menjawab apa selain meminta maaf.

"Maafkan aku." Ujar Jaemin pelan.

Sicheng tersenyum kecil lantas menggeleng. Ia memeluk tubuh Jaemin dengan erat dan mengusap kepala sampai punggung anak itu. Membisikkan kalimat penenang supaya Jaemin tidak merasa bersalah lagi. Lagipula ini semua terjadi bukan hanya karena Jaemin yang egois memaksa dirinya sendiri untuk kabur, tetapi Sicheng pikir ini adalah kesalahannya dan juga Yuta karena perhatian yang mereka berikan kepada Jaemin berkurang seiring Jaemin beranjak dewasa.

Tapi yang terpenting kini Jaemin sudah kembali menampakkan batang hidungnya setelah 3 tahun menghilang. Sicheng merasa begitu lega karena Jaemin menepati janjinya yang akan kembali dengan sendirinya entah itu kapan.

"Selama ini kamu hidup baik-baik saja 'kan?" Tanya ibu dua anak itu.

Jaemin mengangguk kecil, "Ya."

"Apa kamu sedang berkuliah di universitas sekarang?"

Jaemin terdiam sambil menunduk. Lidahnya mendadak kelu mendengar pertanyaan Sicheng, Yuta menaikkan satu alisnya mencoba mengamati gerak-gerik Jaemin yang tampak gelisah. Tidak mungkin jika Jaemin mengatakan bahwa ia tidak sedang belajar di perguruan tinggi dan bekerja sebagai seorang pelacur.

"Aku ikut temanku bekerja di toko orang tuanya." Jawab Jaemin sambil menenangkan diri untuk tidak panik melihat tatapan mengintimidasi dari ayahnya, "aku belum bisa masuk ke universitas karena beberapa hal. Jadi aku memutuskan untuk bekerja."

"Kita bisa urus itu nanti. Kuliah adalah yang terpenting, appa pasti akan membantumu."

Huh, belajar lagi. Jaemin muak.
Alhasil Jaemin mengangguk singkat dan menyenderkan punggungnya pada sofa. Tidak sengaja melihat Jeno yang sedang memandanginya dengan tatapan intens penuh seringai. Jeno tahu Jaemin sedang berakting sekarang. Bertingkah layaknya bocah polos padahal aslinya tidak sepolos itu.

"Eomma." Shotaro berjalan menghampiri Sicheng lalu mengulurkan kedua tangannya minta dipeluk. Lalu Sicheng segera memangku kemudian memeluk bayi kecilnya yang malu-malu karena ditatap Jaemin.

"Ini adikku?" Tanya Jaemin meraih tangan mungil Shotaro, "hai."

"Ya, Shotaro namanya. Lihatlah, dia mirip seperti appa." Jawab Sicheng.

Yuta tersenyum bangga mendengarnya. Setelah kecewa karena Jaemin telah tumbuh dewasa tetapi tidak mirip sama sekali dengannya, akhirnya ia berhasil mewarisi penuh gennya kepada Shotaro. Pria itu pun melirik ke arah Jeno yang sedang menatap ke arah istri dan anak-anaknya, Yuta tahu betul siapa anak ini.

"Kau Jung Jeno? Anak kedua dari Jung Jaehyun?" Tanya Yuta, Jeno tersingkap lalu segera menegakkan tubuhnya dan mengangguk. Tak heran jika orang-orang tahu betul siapa dirinya, dirinya adalah anak kedua dari seorang pengusaha otomotif dan seorang model papan atas. Wajahnya sering menjadi sorotan di media sosial.

"Bagaimana bisa anakku dekat denganmu yang selalu menjadi incaran orang-orang di luar sana? dan apa kau sudi berada di antara kami yang jauh lebih rendah daripada dirimu?"

Jeno melukis senyum kecil membalas pernyataan Yuta, "aku tidak keberatan dengan hal itu. Lagipula aku juga butuh teman dekat."

Jaemin mengalihkan pandangannya. Diam-diam wajahnya bersemu merah membuat Sicheng memandangi keduanya secara bergantian. Kemudian tatapan penuh tanda Sicheng lontarkan kepada sosok Jung Jeno, "kamu anak kedua dari berapa bersaudara?"

[REVISI] positions. | JenoJaemin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang