"aku akan kembali minggu depan setelah aku mengurus kepindahan kemari." Jaemin menggenggam kedua tangan Sicheng yang menatapnya khawatir.
"Kamu akan kembali 'kan?" Tanya Sicheng memastikan. Ia tidak ingin Jaemin pergi darinya lagi, cukup 3 tahun saja.
Jaemin tersenyum melihat wajah Sicheng yang masih terlihat manis walau sedang memasang ekspresi khawatir. Lelaki itu mengangguk lalu mengecup pipi ibunya lembut dan mereka berpelukan sejenak. "Aku pasti akan kembali, jangan khawatir."
"Hati-hati di jalan." Sicheng mengusap surai tebal Jaemin.
Tiba-tiba Jeno keluar dari rumah itu sambil menggendong Shotaro. Mereka tertawa entah karena apa disusul Yuta yang berjalan di belakang mereka. Jaemin menghampiri Shotaro, mengecupi wajah adik lucunya dan memberikan pelukan kecil. Setelah itu Shotaro kembali ke pelukan Sicheng.
"Kami pergi dulu. Jangan khawatirkan aku karena aku pasti akan segera kembali minggu depan, sampai jumpa." Jaemin membungkuk sopan lalu berjalan menuju mobil Jeno yang terrparkir di depan rumahnya. Jeno membungkuk juga lalu berjalan menyusul Jaemin.
"Hati-hati." Ujar Yuta sedangkan Shotaro tampak melambaikan tangannya heboh. Ia sudah memiliki teman baru yaitu Jeno, mereka sempat bermain bersama.
Lagi-lagi Jaemin melambaikan tangan lewat jendela sebelum Jeno melajukan mobilnya membelah jalanan malam. Ribuan bintang tampak bertaburan di langit, serta bulan yang bersinar terang. Udara di luar pun terasa semakin dingin karena sepertinya bulan depan salju mulai turun mengingat bulan depan adalah bulan pergantian tahun.
.
.
.
.
.
.Jaemin membuka pintu unit apartemennya lalu membiarkan Jeno untuk masuk. Mereka melepas sepatu mereka terlebih dahulu kemudian berjalan menuju ruang tengah sedangkan Jaemin segera berjalan menuju dapur untuk mengambil minuman dan cemilan. Ia mengambil dua botol alkohol yang tersisa dan beberapa bungkus keripik.
Selagi Jaemin mempersiapkannya, Jeno menyalakan televisi untuk menonton sebuah film. Ia juga mematikan lampu ruang tengah supaya layar televisi terlihat lebih terang dan jelas. Tak lama Jaemin pun datang membawa minuman dan cemilan tersebut. Ia membantu Jeno memilih film di layar televisi.
"Bagaimana dengan ini?" Jeno menunjuk sebuah film horor, sontak Jaemin pun menggeleng lalu memukul bahu Jeno. Jaemin paling benci film horor.
"Atau ini?" Lelaki tampan itu menunjuk sebuah cover film berwarna biru muda dengan judul berwarna kuning. Terdapat dua laki-laki yang sedang menyender bersama di sana.
"Call me by your name? Sepertinya tidak buruk." Jawab Jaemin final, ia pun menarik Jeno untuk duduk dan menuangkan minuman beralkohol itu ke dalam dua gelas kaca.
Film dimulai. Jeno dan Jaemin memfokuskan diri pada film yang terputar. Terkadang mereka akan tertawa kecil karena ada beberapa bagian film yang lucu. Dan terkadang mereka akan terdiam saat ada adegan panas. Sesekali Jeno melirik ke arah Jaemin yang sibuk menonton sambil meminum alkoholnya hingga habis satu botol untuk Jaemin sendiri.
"Berikan aku namamu, maka aku akan memanggilmu dengan namaku."
"Elio."
"Oliver."
Jaemin tersenyum melihatnya. Sedangkan Jeno hanya menopang dagunya menggunakan tangan, melukis senyum tipis. Bohong jika dirinya tidak terbawa perasaan selama menonton film tersebut, Jeno merasakan sesuatu berterbangan di perutnya sedari tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[REVISI] positions. | JenoJaemin
Fanfiction[REVISI] Terakhir kali Jeno melihatnya, dia hanyalah seorang anak laki-laki labil yang tidak mengerti apa itu cinta. Penampilannya culun, senyuman lebar seperti badut, dan rambut berbentuk mangkuk. Namun semuanya berbeda ketika Jeno datang ke sebuah...