Jaemin memejamkan matanya erat saat putihnya tiba. Ia meremas selimut, menggulirkan matanya begitu pelepasannya selesai. Pria di belakangnya menggeram kuat sambil mencekik leher Jaemin dari belakang. Setelah mengeluarkan cairannya, ia menarik keluar miliknya kemudian membuang kondom. Sedangkan Jaemin langsung lemas dan jatuh ke lantai karena posisi sebelumnya menungging di pinggir kasur.
Lelaki yang hanya memakai stoking jaring berwarna hitam itu berbaring di lantai dengan kedua kaki menekuk. Nafasnya memburu begitu juga dengan keringatnya yang keluar deras.
Pria yang baru saja menyetubuhinya itu menarik banyak sekali lembaran uang dari laci nakas. Uang yang sudah ia siapkan sebelum bermain dengan Jaemin. Pria itu melemparkan uangnya hingga berhamburan menghiasi tubuh ramping Jaemin yang masih berbaring di atas lantai.
"Sial, kau tidak sepanas sebelumnya. Percuma aku membayar mahal tapi pelayananmu tidak memuaskan. Pelacur murahan." Pria itu memakai jasnya kembali dan keluar dari kamar yang dominasi dengan warna hitam dan biru tua itu.
Meninggalkan Jaemin sendirian yang menatap kosong ke langit-langit kamar. Perlahan ia pun bangkit dari posisi berbaringnya lalu memandangi tubuhnya yang terdapat banyak lembaran uang. Jika saja tubuhnya tidak selemas ini maka ia pasti akan memberikan bogem mentah ke wajah pria bajingan itu.
Jaemin menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangan, "aku ingin berhenti."
Jaemin segera membersihkan tubuhnya di kamar mandi yang tersedia di kamar tersebut. Memakai pakaiannya kembali dan mengoleskan riasan tipis ke wajahnya. Ia juga mengumpulkan uang-uang yang berserakan itu sebelum meraih tas selempangnya lalu pergi.
"Hei, pelacur!" Teriak seorang pria dari belakang Jaemin yang hendak masuk ke dalam elevator. Jaemin memejamkan mata, mengepalkan kedua tangannya erat sebelum berbalik. Menatap tajam kepada atasannya yang berjalan ke arahnya sambil menghisap cerutu.
"Apa-apaan itu? Kenapa akhir-akhir ini banyak pelanggan yang bilang kau tidak sememuaskan dulu? Kau ini bodoh atau bagaimana?"
Jaemin menukikkan alisnya dengan sengit, "aku lelah." Jawabnya penuh penekanan.
"Oh?" Pria itu terkekeh renyah, "apa kau sedang hamil? Dengan pria yang mana? Aku akan menjualmu kepada pria itu daripada kau berada di sini terus menerus! Aku muak, kau tahu!?"
"Baik. Aku akan berhenti, bajingan. Selamat tinggal." Jaemin meninggikan suaranya lalu berbalik dan kembali berjalan menuju elevator.
"NA JAEMIN! KEMBALI KAU PELACUR!"
Jaemin mengacungkan jari tengahnya sebelum pintu elevator tertutup. Ia tertawa keras karena melihat wajah bodoh mantan atasannya yang terlihat panik karena dirinya berhenti bekerja. Pria gendut itu sudah kehilangan kartu emasnya untuk mendapatkan banyak uang, mau tidak mau penghasilannya akan berkurang jika begini jadinya.
.
.
.
.
.
.
"Aku pulang."
Jaemin membuka sepatu serta kaos kakinya. Menggantungkan mantel merah tuanya serta melemaskan otot-ototnya yang tegang. Lelaki itu berjalan menuju dapur, membuka lemari pendingin lalu mengambil yogurt stroberi. Ia segera memakannya guna mendinginkan pikiran serta hatinya.
Ia kembali berjalan menuju ruang tengah untuk menyalakan televisi. Jaemin sempat melirik ke arah jam digital yang terletak di dekat televisi, masih jam sembilan malam tapi ia sudah pulang karena ia hanya melayani satu pria saja dan mereka hanya bermain sebentar. Jaemin bisa menghabiskan waktu untuk beristirahat atau pergi berbelanja besok.
KAMU SEDANG MEMBACA
[REVISI] positions. | JenoJaemin
Fanfiction[REVISI] Terakhir kali Jeno melihatnya, dia hanyalah seorang anak laki-laki labil yang tidak mengerti apa itu cinta. Penampilannya culun, senyuman lebar seperti badut, dan rambut berbentuk mangkuk. Namun semuanya berbeda ketika Jeno datang ke sebuah...