- Beberapa hari yang lalu, seminggu setelah Jeno terakhir kali mengunjungi apartemen Jaemin.
'aku menggunakan kartu debitmu untuk membeli semua yang kuinginkan. Jangan marah karena kau sendiri yang bilang jika aku harus menghabiskan uangmu.' di seberang sana Jaemin menyeringai senang lalu menyesap rokoknya kembali. Ia menaikkan sepasang alisnya dengan singkat saat melihat beberapa teman yang melintas di depannya tampak menyapa.
Jeno yang sebenarnya baru saja selesai berolah raga hanya berdehem singkat mendengarkan penuturan Jaemin. Ponselnya terletak di samping tempatnya duduk dengan keadaan loudspeaker supaya ia tidak harus repot-repot memegangi ponselnya. Kedua tangannya mulai membuka hand wrap yang ia balut hingga pergelangan tangan.
'hm hm hm terus, katakan sesuatu bajingan.'
Jeno melirik ke arah ponselnya yang masih terpampang ikon profil Jaemin. "Aku harus mengatakan apa sayang?"
'Dengar, aku akan membuat penawaran. Karena kau sudah memberikan kartu ini kepadaku maka kau bebas menyentuhku hingga beberapa bulan ke depan.'
Jeno hanya menaikkan salah satu sudut bibirnya lalu meregangkan kedua tangan. Sejak awal ia ingin sekali menanyakan hal ini kepad Jaemin, "dimana orang tuamu?" Tanyanya membuat Jaemin berhenti menyesap rokok. Lelaki bersurai pirang itu mengerutkan kening karena mendadak bingung kenapa Jeno bertanya hal sedemikian rupa.
'itu tidak penting.'
"Kau kabur dari rumah?"
Jaemin memijat dahinya, 'aku tidak ingin membicarakan hal ini, Jung Jeno. Hentikan.'
"Sebaiknya kau pulang ke rumah orang tuanmu."
Dan panggilan terputus. Jeno menekan tombol merah lebih dulu sebelum beranjak keluar dari ruang olahraga. Ia sendiri tidak mengerti kenapa ia bisa mengatakan hal tersebut kepada Jaemin. Sebenarnya Jeno tidak begitu peduli dengannya tetapi Jeno merasa bahwa ia harus meminta Jaemin untuk pulang.
Pulang ke rumah orang tuanya.
Mungkin ia akan menanyakan hal lain kepada Jaemin lain kali.Baru saja Jeno berjalan masuk ke kamarnya, ponselnya berdenting menandakan ada sebuah pesan masuk. Lelaki bersurai hitam pendek itu segera melihat notifikasi yang muncul di layar ponsel.
Jaemin Na 🐰
21.58 pmBesok jemput aku jam sepuluh pagi
Aku akan pulang
Aku hanya ingin dijemput oleh mobil.
.
.
.
.
.Keesokan harinya Jeno sudah bersiap pukul sembilan lewat tiga puluh tujuh menit. Ia memakai pakaian yang rapi, juga menata rambutnya membentuk koma. Ia juga memakai jam tangannya lalu menyemprotkan sedikit parfum beraroma mint. Ia mematut dirinya di cermin besar tersebut, berdehem sejenak sebelum keluar dari ruang gantim
Ia meraih ponsel dan kunci mobil yang sudah disediakan oleh sang ayah sejak dirinya tiba di Korea tetapi Jeno memang lebih suka menggunakan motor daripada mobil.
Setelah siap, Jeno pun berjalan keluar dari kamar. Ia berjalan menuruni tangga menuju lantai satu tetapi langkahnya berhenti saat melihat sang kakak yang sedang berjalan naik tangga menuju lantai dua. Mereka berpapasan, saling melirik enggan menoleh.
Mark menahan bahu lebar Jeno lalu mendorong adiknya untuk menghadapnya. Alhasil kini mereka saling berhadapan dan saling mengangkat dagu.
"Jangan lagi lewatkan rapat kali ini, Jung Jeno. Ikuti perintahku atau kita akan terus bersaing ke depannya." Ujar Mark dengan suara rendahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[REVISI] positions. | JenoJaemin
Fanfiction[REVISI] Terakhir kali Jeno melihatnya, dia hanyalah seorang anak laki-laki labil yang tidak mengerti apa itu cinta. Penampilannya culun, senyuman lebar seperti badut, dan rambut berbentuk mangkuk. Namun semuanya berbeda ketika Jeno datang ke sebuah...