Chapter 10 : Such a poor boy

33.1K 3.6K 614
                                    

🔞 Sex scene

Jeno menghembuskan nafasnya kasar kemudian kembali meninju samsak yang tergantung di depannya. Tinjuan demi tinjuan ia layangkan dengan kekuatan penuh pada benda tersebut, sesekali menendangnya sesuai dengan apa yang ia pelajari selama ini.

Berakhir dengan Jeno yang meninju samsak tersebut dengan kuat kemudian melemaskan kedua tangannya. Ia meraih botol minumnya dan meneguk air dingin tersebut hingga habis. Setelah mengatur nafasnya, ia pun memposisikan diri untuk menyender pada dinding sambil melepas hand wrap dari kedua tangannya.

Lelaki muda itu melirik ke arah ponselnya, jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam tetapi Jeno masih belum kembali ke kamarnya. Ia masih setia berlatih di ruang olah raga sejak jam enam sore. Bahkan ia juga meninggalkan makan malamnya.

Ia meraih handuk lalu menggosok rambutnya yang basah. Setelah itu ia meraih ponselnya, botol minumnya, dan keluar dari ruangan tersebut.

"Jeno hyung?" Stephen yang baru saja keluar dari dapur memanggil sang kakak. Pemuda berambut coklat tua itu membawa banyak cemilan di pelukannya, dan ia hanya memakai baju santai. Jeno menaikkan alisnya bingung, tumben sekali jam segini Stephen masih di rumah. Biasanya anak itu akan keluyuran tak ingat waktu.

"Aku akan bermain video game bersama Mark hyung, mau bergabung?"

Jeno menggeleng, "tidak."

"Baiklah selamat malam." Stephen berlari kecil menaiki tangga dengan kaki telanjangnya. Jeno menggeleng kecil, ia pun memutuskan untuk kembali ke kamarnya di lantai 3.

Pemuda tampan itu melepas baju tanpa lengannya menyisakan celana pendek yang ia pakai. Ia membasuh wajahnya perlahan kemudian menyisir rambutnya ke belakang menggunakan jari. Setelah merasa cukup segar, Jeno mendongak memandangi wajahnya di kaca sambil menumpu tubuhnya menggunakan tangan di pinggiran meja wastafel.

'jaga bicaramu terhadap orang asing, tuan.'

Jeno mengerutkan keningnya kenapa tiba-tiba ia mengingat anak itu lagi.
Lelaki ini kembali mengingat pertemuannya dengan Jaemin, bocah lugu yang selalu mengejarnya saat SMP. Jeno masih ingat betapa bodohnya wajah lugu Jaemin saat itu, apalagi saat bersemu merah. Benar-benar menggelikan, pikirnya.

Tapi Jaemin yang ia lihat empat hari lalu itu berbeda. Sangatlah berbeda.
Tubuhnya bertambah tinggi meskipun tidak jauh beda dengan Jeno. Ia sengaja memanjangkan rambutnya dan memakai riasan tipis seperti perempuan walaupun Jeno akui Jaemin terlihat seksi malam itu. Lipstik merahnya mampu membuat Jeno terpaku untuk beberapa saat sebelum Jeno sadar Jaemin telah pergi entah kemana setelah melukai keningnya.

Jeno memperhatikan tubuh Jaemin yang begitu ramping malam itu. Tubuhnya dibalut setelan berwarna merah dengan dalaman kemeja berwarna hitam dengan motif polkadot kecil. Apa iya dirinya adalah bocah lugu yang bodoh itu? Jeno bahkan masih belum mempercayainya.

"Na Jaemin...." Ujarnya pelan.


.
.
.
.
.
.


"Hei tampan, kemarilah ayo bergabung bersama kami."

"Astaga! Jeno Jung!?"

Jeno mengabaikan ucapan para perempuan yang mendayu-dayu itu. Dirinya tetap berjalan lurus lalu menggunakan elevator untuk memeriksa tiap lantai klub malam ini. Entahlah mengapa tiba-tiba ia datang saat jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, sejak mengingat kembali sosok lelaki bernama Na Jaemin, Jeno merasa bahwa ia harus menemuinya lagi malam ini.

Hingga akhirnya Jeno berakhir di lantai enam. Ia masuk ke ruangan VVIP yang jauh lebih bersih dan jauh lebih tenang di banding yang lain. Sepertinya klub bar ini dikhususkan oleh orang-orang kelas atas saja. Empat hari yang lalu pun Jeno menghabiskan waktu di ruangan VVIP ini bersama teman-temannya.

Jeno hanya melihat sesosok barista berpipi gembil yang menyediakan minuman untuk mereka saat itu. Jeno mencoba mencari sosok Jaemin tetapi nihil, tidak ada tanda-tanda keberadaan dirinya di sini.

Lantas Jeno pun keluar dari klub bar tersebut. Ia berjalan menyusuri lorong menuju elevator tetapi ada sesuatu yang menarik perhatiannya yaitu pintu kantor pribadi pemilik klub yang sedikit terbuka.

Lelaki berambut hitam itu menaikkan alisnya penasaran. Diam-diam ia berjalan menghampiri pintu berwarna hitam tersebut kemudian tak sengaja mengintip ke dalam karena pintunya memang sudah terbuka dari awal. Sepertinya si pemilik tidak menutup dengan rapat.

Begitu dirinya melihat apa yang terjadi di dalam, ia membulatkan matanya secara sontak. Jantungnya berpacu cepat dan kedua tangannya mengepal erat.

Di dalam sana.
Ada sesosok pemuda berambut pirang yang sedang melayani dua pria bertubuh lebih besar darinya. Pemuda itu adalah Jaemin. Tubuhnya menungging di atas sofa dengan satu pria yang memperkosa lubangnya dan satu pria memompa penisnya di dalam mulut Jaemin. Belum lagi dua pria berjas lain sedang duduk di sofa sambil mengocok milik mereka masing-masing menikmati tontonan tersebut, menunggu giliran mereka.

Jaemin menjerit tertahan saat mengeluarkan spermanya ke sofa. Penis di mulutnya semakin cepat bergerak, menyentuh kerongkongan Jaemin hingga ingin muntah rasanya.

Menjijikan.

Jeno meneguk ludahnya kasar. Tubuh ramping Jaemin yang terbalut gaun tidur wanita berwarna merah terang itu terlihat cocok di tubuhnya belum lagi stoking jaring berwarna senada memeluk kedua kaki jenjangnya dengan indah. Riasan di wajah pemuda manis itu sudah berantakan tak karuan.

"Mendesahlah pelacur!" Pria itu mengeluarkan penisnya lalu menampar pipi Jaemin kencang, melihat itu Jeno mengeraskan rahangnya kuat-kuat.

"Sial lubangnya benar-benar rapat. Apakah ada yang ingin memasukinya juga?"

Pria yang sedang menghisap cerutunya itu pun berdiri. Ia membuka jasnya, lalu membuka tali pinggangnya. Ia berjalan menghampiri Jaemin kemudian meraih dagunya menggunakan satu tangan.

"Shh.." Jaemin menghisap ibu jari pria berambut hitam itu.

Pria itu tersenyum tipis, melihat betapa cantik wajah tirus Jaemin. Lalu ia duduk di atas sofa, menarik Jaemin untuk duduk di pangkuannya secara berhadapan. Pria tampan itu mengeluarkan penisnya lalu mencoba memasukkannya ke dalam lubang Jaemin tanpa memakai kondom ataupun pelumas.

Jaemin membulatkan matanya, ia meremas bahu pria itu hingga kemejanya mengusut. Bibirnya terbuka seiring dua benda berukuran lumayan besar itu tertanam dalam di lubang merahnya.

"fuck...."

"Ahh!" Jeritnya. Ada sesuatu yang menggelitik perutnya sebelum tubuhnya terguncang-guncang naik dan turun. Air matanya kembali turun, Jaemin tidak menangis sama sekali hanya saja sepasang matanya terasa panas akibat nyeri di bagian belakangnya.

"Sial! Bocah itu!" Jeno berbalik dan menyender pada dinding. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri mencoba mencari cara untuk membawa Jaemin keluar dari ruangan itu. Hati Jeno terasa panas saat Jaemin diperlakukan kasar oleh pria-pria tua di dalam sana.

Lelaki ini menunduk lalu kembali menyumbulkan kepalanya untuk mengintip. Saat itu juga tubuhnya menegang melihat Jaemin yang menatap ke arahnya dengan tatapan sendu. Seringai kecil terlihat jelas di wajah Jaemin sebelum ia kembali mendesah sambil memejamkan mata.




.
.
.
.
.
.

To be continue

.
.
.
.
.
.



- navypearl -

[REVISI] positions. | JenoJaemin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang