Jaehyun dan Sicheng mulai kenal dekat. Mereka berdua sering pergi makan bersama setelah jadwal kuliah selesai pada sore hari terkadang malam hari jika jadwal mereka dimulai siang. Mereka berdua merasa nyaman berdekatan satu sama lain, bahkan tidak sedikit dari teman-teman mereka yang mengira mereka berpacaran.
Padahal tidak.
Maksudku, belum.Jaehyun belum menyatakan perasaannya kepada Sicheng karena belum menemukan waktu yang tepat. Terkadang mereka terlalu sibuk menyusun skripsi atau belajar untuk ujian kelulusan mereka sehingga mereka jarang bertemu.
Hingga hari itu tiba dimana mereka lulus sidang skripsi dan menunggu hari wisuda tiba. Mereka merayakannya di pinggir sungai Han sambil memakan permen kapas yang dibentuk mirip seperti kepala bebekm memang sangat sederhana karena ini semua kemauan Sicheng, padahal Jaehyun bisa saja membawa Sicheng ke restoran mahal tetapi Sicheng menolak. Ia bilang, lebih baik seperti ini karena hal-hal sederhana akan terus teringat sampai kita tua nanti.
Mereka berdiri di samping pagar pembatas antara trotoar dan sungai Han. Menyesap permen kapas tersebut sambil memandangi matahari yang mulai terbenam. Semilir angin mengenai wajah mereka membuat surai mereka berterbangan.
"Jaehyun, setelah ini apa rencanamu?" Tanya Sicheng setelah menghabiskan permen kapasnya.
"Aku akan menggantikan posisi appa di perusahaan saat usiaku 25 tahun. Jadi sebelum menginjak usia itu, aku akan bekerja sebagai bawahan appa di kantor."
"Wah, hebat. Semoga kamu sukses selalu, Jaehyun." Sicheng tersenyum manis lalu wajahnya bersemu merah saat Jaehyun memandanginya terlalu intens.
Jaehyun tersenyum tipis. Ia memberanikan diri untuk menarik pinggang ramping Sicheng mendekat lalu mengikis jarak sehingga wajah mereka langsung berhadapan saat itu juga. Tinggi tubuh mereka yang sama mempermudah mereka untuk saling melempar tatapan.
"Sicheng, menikahlah denganku." Ujar Jaehyun secara tiba-tiba.
Sicheng tampak terkejut. Ia segera menunduk lalu meremas kedua bahu Jaehyun saat tubuh mereka semakin merapat. Tak lama setelah itu Jaehyun memejamkan matanya kemudian menempelkan bibirnya di bibir pujaan hatinya. Ia serius untuk mengajak Sicheng menikah karena Jaehyun benar-benar mencintai sosok di depannya ini.
Bibir mereka mulai bergerak. Sicheng memeluk leher Jaehyun sehingga ciuman mereka semakin dalam begitu juga dengan Jaehyun yang mengusap punggung Sicheng, tidak sengaja turun ke pantat lelaki ramping itu karena tidak sadar.
Tiba-tiba Sicheng membuka kedua matanya karena teringat sesuatu. Ia langsung mendorong tubuh Jaehyun menjauh dan mengusap bibirnya. Ia menatap Jaehyun dengan tatapan tidak percaya, mereka sudah melebihi batas.
"Maaf Jaehyun, aku harus pulang." Sicheng membenarkan posisi tas gendongnya lalu berlari kecil menghampiri bus umum yang kebetulan sedang berhenti mengambil penumpang. Jaehyun hendak memanggil Sicheng tetapi anak itu sudah lebih dulu masuk ke dalam bus.
"Sicheng," Lirihnya saat bus itu sudah melaju cepat. Meninggalkannya sendirian dengan kepala dipenuhi tanda tanya. Ada apa sebenarnya dengan Sicheng?
Beberapa hari kemudian akhirnya mereka kembali bertemu di taman kampus. Sicheng yang mengajak Jaehyun untuk bertemu karena dirinya ingin berbicara sekaligus meminta maaf karena meninggalkan Jaehyun begitu saja. Kini mereka duduk di bawah pohon besar sambil memandangi para mahasiswa yang berlalu lalang.
Mereka kemari untuk bertemu sekaligus mengemasi barang-barang mereka dari loker untuk dibawa kembali ke rumah.
"Maaf aku meninggalkanmu saat itu, aku hanya terkejut." Sicheng berujar dengan pelan, membuat Jaehyun mengangguk mengerti karena itu adalah ciuman pertama mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
[REVISI] positions. | JenoJaemin
Fanfiction[REVISI] Terakhir kali Jeno melihatnya, dia hanyalah seorang anak laki-laki labil yang tidak mengerti apa itu cinta. Penampilannya culun, senyuman lebar seperti badut, dan rambut berbentuk mangkuk. Namun semuanya berbeda ketika Jeno datang ke sebuah...