Lelaki berusia 22 tahun itu masih setia duduk di atas ranjangnya sambil meremas kedua tangan resah. Rahangnya bergemeletuk sedari tadi sesekali mendongak lalu menunduk seperti orang yang sedang kebingungan.
Mark Jung namanya.
Sudah nyaris 4 hari Mark tidak pergi mengunjungi adiknya di rumah sakit. Ia selalu menolak bahkan ketika adik bungsunya memaksa. Mark belum siap melihat kondisi Jeno yang memprihatinkan seperti itu. Selain itu dirinya juga merasa tidak pantas jika bertemu dengan Jeno. Mark sudah menyakiti hati adiknya, bahkan membuat Jeno marah besar sehingga Jeno nekat menerobos hujan berakhir kecelakaan.
Mark meniup kedua tangannya supaya tetap hangat. Udara di sekitar menjadi sangat dingin mengingat salju sudah mulai turun dan ia enggan menutup jendela kamarnya. Membiarkan angin terus masuk ke dalam kamarnya mungkin saja Mark bisa mati kedinginan setelah ini, belum lagi ia tidak menyalan mesin penghangat ruangan.
Yang dipikirannya hanya Jeno, Jeno, dan Jeno sampai-sampai Mark jarang makan dan jarang sekali beristirahat. Mark sudah seperti orang depresi sekarang, tubuhnya bahkan semakin kurus dan pucat. Mark yakin, Jeno tidak akan pernah memaafkan kesalahannya.
Tak lama seseorang membuka pintu kamarnya yang tak lain adalah Taeyong. Pria itu membawa nampan berisi makan siang untuk Mark lengkap dengan potongan buah semangka berbentuk dadu di dalam mangkuk bening. Pria itu meletakkan nampan tersebut kemudian duduk di samping anak sulungnya.
"Minhyung-ah, jangan lewatkan makan siangmu lagi." Ujar Taeyong mengusap surai milik Minhyung.
"Aku sedang tidak ingin makan." Ujarnya pelan tetapi masih bisa terdengar oleh Taeyong. Pria itu menghela nafas panjang lalu memeluk tubuh kurus Mark dari samping.
"Kamu sedang memikirkan Jeno ya? Setiap malam eomma juga selalu memikirkannya, dia anak yang baik tapi eomma dan appa belum bisa menjadi orang tua yang baik untuknya."
Taeyong dan Jaehyun memang hanya memperhatikan anak-anaknya kecuali Jeno. Dari tiga anak yang Taeyong lahirkan, hanya Jeno yang kurang mendapatkan kasih sayang karena selalu jauh dari orang tua. Sebenarnya Taeyong ingin sekali menambah perhatiannya kepada Jeno namun terhalang oleh pekerjaan sekaligus jarangnya Jeno berada di rumah.
Dan kini mereka menyesal setelah melihat Jeno berbaring di atas ranjang rumah sakit dengan keadaan kritis, antara hidup dan mati.
"Apakah Jeno akan kembali kepada kita?" Tanya Mark.
"Ya, tentu saja. Jeno akan dan harus kembali kepada kita."
Mark tersenyum simpul lalu menunduk memainkan kedua tangannya. Ia berjanji pada diri sendiri, jika Jeno bangun dan kembali dari masa kritisnya maka Mark akan segera meminta maaf lalu memperlakukan Jeno dengan baik. Ia akan melakukan apapun demi adik sulungnya.
Lelaki itu teringat akan sesuatu yang telah lama hilang dari kepalanya. Mark melihat sebuah bayangan di kepalanya, ada tiga anak laki-laki yang hanya berselisih masing-masing 1 tahun sedang berlarian di taman belakang rumah mereka membawa banyak mainan. Di belakang mereka Taeyong ikut berjalan membawa beberapa cemilan di pelukannya.
Mereka adalah Mark, Jeno, dan Stephen yang akur.
Terkadang Mark merindukan masa masa kecil bersama kedua adiknya. Mark selalu melindungi adik-adiknya atau memeluk mereka ketika mereka menangis.
"Sekarang makan, ya?" Taeyong meraih piring berisi makan siang milik Mark. Ia mulai menyuapi anak sulungnya karena ia tahu kondisi Mark sedang tidak mendukung untuk melakukan sesuatu.
Pada akhirnya Mark pun membuka mulutnya dan menerima suapan dari sang ibu. Mengisi kekosongan perutnya lalu meminum vitamin serta memakan buah semangka sebagai makanan penutup. Setelah itu Taeyong membantu Mark untuk berbaring di atas ranjang, menutup jendela lalu menyalakan mesin penghangat ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[REVISI] positions. | JenoJaemin
Fanfiction[REVISI] Terakhir kali Jeno melihatnya, dia hanyalah seorang anak laki-laki labil yang tidak mengerti apa itu cinta. Penampilannya culun, senyuman lebar seperti badut, dan rambut berbentuk mangkuk. Namun semuanya berbeda ketika Jeno datang ke sebuah...