Chapter 28 : Sorry

25.7K 3.2K 311
                                    

Jaemin dan Stephen berlarian di lorong rumah sakit menuju lantai 6 dimana kamar rawat Jeno berada. Mereka langsung menerobos masuk dan mendapati ada seorang dokter bersama dua orang perawat yang sedang memeriksa keadaan Jeno. Stephen bilang, Jeno sudah kembali dari masa kritisnya maka dari itu Jaemin langsung buru-buru menghampiri.

Salah dokter memeriksa detak jantung Jeno lewat monitor sedangkan perawat yang lain tampak menyorot senter kecil ke sepasang mata Jeno yang sedari tadi terbuka lebar tetapi tidak bergerak. Kemudian pada akhirnya, dokter bisa bernafas lega lalu Jeno telah kembali. Jeno mengerjapkan matanya berulang kali, ia memandangi sekitar yang tampak begitu asing baginya.

Tenggorokannya terasa sangatlah kering sehingga membuat Jeno kesulitan untuk sekedar mengucapkan sebuah kata. Kedua kakinya masih terasa kaku tidak bisa bergerak begitu juga dengan pusing yang langsung menghantam kepalanya karena luka berat di bagian belakang.

"Jeno-ssi, apa kau bisa mendengar suaraku?" Tanya dokter sambil menjentikkan jarinya di kedua telinga Jeno, Jeno memandangi dokter tersebut untuk sesaat belum mengangguk.

"Sebaiknya jangan banyak bergerak, beberapa sendi di dalam tubuhmu belum pulih secara menyeluruh."

Perawat perempuan itu mengisi semua data yang dibutuhkan di atas kertas tersebut. Ia menuliskan nama lengkap pasien, tekanan darahnya, berapa jumlah detak jantungnya dalam satu menit, dan kondisi-kondisi terkini Jeno yang lain. Setelah itu mereka segera keluar, Stephen dan Jaemin sangat berterima kasih kepada mereka.

"Hyung!" Stephen menangis lalu memeluk tubuh kakaknya hingga ia merunduk. Lidah Jeno yang kelu membuat dirinya tidak bisa berbicara sehingga ia hanya memutar kedua matanya malas melihat adiknya yang begitu dramatis. Namun, tangannya perlahan-lahan mengusap kepala Stephen yang berada di dadanya. Menepuk kepala anak itu berulang kali.

Jaemin tersenyum lepas, hatinya merasa lega karena pada akhirnya Jeno berhasil melewati masa kritis. Jeno menatap Jaemin dengan tatapan sendu, di balik masker oksigen yang ia kenakan senyuman tipis terbit begitu saja. Tangan Jaemin meraih kening Jeno lalu mengusapnya perlahan, memberikan kenyamanan tersendiri untuk Jeno.

"Aku harus menghubungi yang lainnya sekarang." Stephen berjalan cepat keluar kamar sambil mengotak-atik ponselnya.

Jaemin membuka masker oksigen milik Jeno lalu membantu pemuda itu untuk minum melalui pipet bening. Jeno menghabiskan satu gelas air bening bahkan mengeluh kurang karena tenggorokannya terasa begitu kering. Setelah itu Jaemin kembali memasangkan masker oksigen supaya nafas Jeno kembali stabil.

"Jeno, apa kau baik-baik saja sekarang? Apa ada sesuatu yang  membuatmu tidak nyaman?" Jaemin bertanya sambil meletakkan gelas kaca itu kembali ke atas nakas.

Jeno menggeleng kecil, tangannya yang lemas mencoba meraih tangan Jaemin untuk dia genggam. Melihat itu hati Jaemin menghangat, ia tersenyum lalu Jaemin pun memeluk tubuh besar itu dengan hati-hati. Ia menempelkan telinganya di dada Jeno merasakan detak jantung yang masih lemah tetapi tidak separah sebelumnya.

Kemudian Jaemin kembali pada posisi awalnya yaitu berdiri. Mata mereka saling bertemu satu sama lain sebelum Jaemin memberikan kecupan singkat di jari-jari Jeno. Ah, rasanya Jaemin benar-benar merindukan Jeno setelah 2 minggu ia lewati sendirian.

Tak lama setelah itu Jeno merasa matanya begitu berat. Ia benar-benar butuh istirahat lagi karena kelopak matanya terus mengajaknya untuk menutup mata. Melihat itu lantas Jaemin mengerutkan kening, meraih bahu Jeno dengan kekhawatiran melanda.

"Jeno-ya, kau baik? Hei jawab aku." Ujar Jaemin meninggikan suaranya. Ia benar-benar panik, air keringatnya bahkan sudah mengucur deras. Baru saja Jaemin ingin menekan tombol gawat darurat tetapi Jeno menahannya. Jeno kembali membuka matanya lalu menggeleng kecil.

[REVISI] positions. | JenoJaemin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang