"aku hamil."
Yuta terdiam di tempatnya. Ia pun mengerjap beberapa kali saat tersadar sebelum melepaskan cengkraman di kerah pakaian Jaemin. Jeno langsung meraih tubuh kekasihnya, memandangnya khawatir.
Di sisi lain Sicheng ikut terdiam dengan pernyataan mengejutkan yang keluar dari bibir si sulung. Jadi ini adalah alasan mengapa akhir-akhir ini Jaemin sering menghabiskan waktu di kamar? Selain itu Jaemin juga sering memakai pakaian longgar dan enggan memotong rambutnya yang panjang meski Sicheng sudah mengusulkannya berulang kali.
Yuta memundurkan langkahnya perlahan. Enggan melirik ke arah Jaemin walau sebentar pun. Ia kembali ditampar oleh kenyataan untuk yang kedua kali. Hatinya hancur dan kepalanya terasa sangat berat.
"Aku tidak tahu harus melakukan apa setelah aku pergi dari rumah. Dunia ini membuatku terperangkap, aku kehilangan arah sebelum aku mengikuti kemauanku sendiri." Jaemin menghela nafasnya, "aku bekerja selama 3 tahun."
"Aku bukan anak yang baik, maafkan aku appa, eomma. Aku selalu berusaha keluar namun aku juga selalu gagal. Aku takut untuk pulang."
Jeno pun mengusap punggung Jaemin. Merangkul bahunya semakin erat begitu sepasang bola matanya melihat rahang Yuta mengeras juga kedua tangan terkepal kuat. Sedangkan Sicheng sibuk memandangi si sulung Na yang sedang menunduk sambil menggigiti pipi bagian dalamnya.
"Appa, ini semua termasuk kesalahanku. Aku tidak membicarakan hal ini kepadamu lebih awal, mungkin jika saja aku berani membula mulut kita tidak perlu bertengkar seperti ini." Ujar Jeno dengan nada rendah, mempersiapkan diri untuk menerima caci maki dari Yuta.
"Kalian...." Yuta mengepalkan kedua tangannya lebih erat, "keterlaluan." Geramnya. Ia tidak menyangka jika Jaemin dan Jeno akan berbuat seperti ini, semuanya sudah kelewat batas.
Terlebih mendengar pengakuan dari bibir Jaemin sendiri yang mengatakan bahwa ia pernah bekerja di klub selama 3 tahun. Sesuai dengan rumor yang kini sedang beredar luas.
"Sebagai orang tua, aku malu sekaligus menyesal karena tidak dapat mendidikmu dengan baik. Bagaimana jika orang-orang di luar sana mencarimu dan menyudutkanmu karena kau sedang menjalin hubungan dengan laki-laki ini?" Yuta menunjuk tepat di depan wajah Jeno saat berbicara di hadapan anak sulungnya.
"Aku dan istriku membesarkanmu dalam waktu yang cukup lama. Kami sangat berharap kau bisa menjadi anak yang baik, yang bisa menempuh pendidikan tinggi di luar negeri. Kami melakukan apapun demi dirimu." Pria itu menjeda kalimatnya sejenak, "dan lihat dirimu sekarang. Apa yang sebenarnya telah terjadi?"
Yuta tidak habis pikir. Ia menghela nafas penuh kekecewaan lalu memijat dahinya. Hal itu berpapasan dengan Sicheng yang berbalik dan pergi ke lantai atas, meninggalkan tiga orang di ruang tengah yang terdiam seribu kata.
"Aku kecewa. Ayahmu ini sangat kecewa, Na Jaemin."
Dan pergi. Yuta juga pergi ke lantai atas meninggalkan sepasang kekasih muda itu. Jeno meneguk ludahnya karena kerongkongannya terasa begitu kering. Ia memandangi Jaemin dari samping, memandangi raut wajah datar dengan pandangan kosong.
"Ayo kita pulang dan beristirahat." Telapak tangan Jeno mengusap permukaan perut Jaemin sebelum membawanya keluar dari rumah. Membantu Jaemin naik ke mobil dengan sangat hati-hati juga menurunkan punggung jok mobil agar Jaemin bisa bersandar bebas.
KAMU SEDANG MEMBACA
[REVISI] positions. | JenoJaemin
Fanfiction[REVISI] Terakhir kali Jeno melihatnya, dia hanyalah seorang anak laki-laki labil yang tidak mengerti apa itu cinta. Penampilannya culun, senyuman lebar seperti badut, dan rambut berbentuk mangkuk. Namun semuanya berbeda ketika Jeno datang ke sebuah...