Lelaki bertubuh sintal itu menghela nafas gusar. Sedari tadi ia menekan bel apartemen Jaemin dan mencoba memasukkan pin di atas gagang pintu tersebut. Tapi usahanya nihil, sepertinya Jaemin sudah mengganti pin unit apartemennya. Jika begini kan membuat Haechan jadi khawatir karena sedari tadi Jaemin tidak membuka pintu.
"Ya! Na Jaemin benar-benar! Buka pintunya!" Ia berteriak kesal tidak peduli dengan tetangga di sekitar. Jarum jam sudah menunjukkan pukul empat sore, bisa-bisa mereka terlambat datang ke acara pernikahan Hwang dan mereka tidak bisa merasakan makanan-makanan orang kaya. Bibir Haechan turun begitu juga alisnya, ia hanya ingin merasakan makanan orang kaya. Itu saja sebenarnya. Apakah rasanya berbeda atau sama saja?
"NA JAEMIN!" teriaknya sekali lagi disertai pukulan di daun pintu.
"Jae-"
Pintu terbuka. Menampilkan sesosok Jaemin yang sudah siap dengan pakaiannya juga riasan tipis di wajahnya. Terlihat sangat cantik dan tampan, menurut Haechan. Tubuhnya yang ramping dibalut setelan baru berwarna abu-abu muda dengan dalaman berwarna hitam. Terlihat santai tetapi pas untuk dipakai menghadiri acara pernikahan.
"Jaemin, apa kau baru saja bangun tidur?" Tanya Haechan sebal. Ia menyayangkan suara indahnya yang terbuang sia-sia.
Jaemin memutar matanya lalu menutup pintu hingga pintu tersebut terkunci secara otomatis. Ia pun merogoh saku celananya untuk melihat jam di layar ponsel. Lelaki berambut hitam itu pun menghela nafas panjang sebelum menarik lengan Haechan untuk berjalan bersamanya.
"Kita pesan taksi atau naik bus?" Tanya Haechan.
"Taksi."
"Hei bukankah uangmu itu banyak? Kenapa kau tidak membeli sebuah mobil? Kurasa satu malam cukup untuk membeli satu mobil?"
Jaemin menepuk bibir Haechan sebal, bagaimana bisa Haechan secerewet ini? "Aku bisa membelinya kapan saja jika aku mau."
Setelah menggunakan taksi sebagai alat transportasi, mereka pun sampai di sebuah gedung aula dengan taman luar di belakangnya. Pesta itu ternyata diadakan di taman belakang. Semua dekorasi sudah disusun rapi sehingga seisi taman tampak mewah dan elegan. Belum lagi tamu-tamu yang datang tampak berasal dari golongan atas.
Mereka berdua mengambil tempat duduk di bagian tengah. Haechan meneguk ludahnya kasar melihat sisi taman yang terdapat meja-meja berlapiskan kain putih dengan banyak sekali sajian di atasnya. Makanan-makanan mewah tersebut membuat perutnya berbunyi, bahkan ia nyaris meneteskan air liurnya.
"Jaemin, kau tahu 'kan makanan itu terlihat sangat lezat? Ada dessert juga! Aku benar-benar lapar." Bisik Haechan.
Jaemin hanya diam sambil menyender pada kursi. Kaki kirinya ia letakkan di atas kaki kanan. Ia hanya memandangi keadaan sekitar, memandangi tamu-tamu undangan yang datang. Mereka semua berasal dari golongan atas. Jaemin berpikir apakah pantas dirinya berada di antara mereka? Lagi-lagi Jaemin harus bergelut dengan pikirannya sendiri mengenai Jeno sejak disiarkannya berita di televisi tadi siang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[REVISI] positions. | JenoJaemin
Fanfiction[REVISI] Terakhir kali Jeno melihatnya, dia hanyalah seorang anak laki-laki labil yang tidak mengerti apa itu cinta. Penampilannya culun, senyuman lebar seperti badut, dan rambut berbentuk mangkuk. Namun semuanya berbeda ketika Jeno datang ke sebuah...