"Aaahh.."
Pemuda itu meremas rambutnya sendiri kemudian mencoba mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk berpegangan. Pria di belakangnya mendadak menggila setelah beberapa saat permainan mereka dimulai. Hwang mencengkram pinggang ramping Jaemin lalu menabrakkan pinggulnya ke bongkahan pantat tersebut lebih dalam dan dalam. Membuat Jaemin merintih karena Hwang berhasil menyentuh titik sensitifnya di dalam sana.
"Keluarkan di luar... akhhh.." Jaemin menggulirkan matanya ke atas begitu putihnya sampai. Hwang memeluk tubuh Jaemin diri belakang lalu mengeluarkan miliknya dari lubang ketat lelakk tersebut. Ia mengurut miliknya kemudian mengocoknya pelan hingga putihnya datang begitu banyak mengotori pantat Jaemin.
Akhirnya mereka selesai melakukan hubungan seks. Hwang menahan tubuh Jaemin yang nyaris saja terjatuh ke lantai lalu memeluknya lembut. Pria itu membalikkan tubuh Jaemin, mengecup keningnya kemudian menempelkan bibir mereka. Jaemin melingkarkan kedua tangannya ke leher Hwang supaya tubuhnya tidak jatuh karena kedua kakinya yang lemas.
"Apa kau menginginkan sesuatu?" Tanya Hwang sambil berjongkok, menaikkan dalaman serta celana Jaemin ke posisi awalnya. Jaemin mengatur nafasnya yang sempat tersedat sambil mengusap rambut hitam milik Hwang.
Jaemin bingung dengan dirinya sendiri. Kenapa dirinya tidak menerima tawaran menikah dari Hwang malam itu. Padahal Hwang adalah pria yang tampan, kaya, cerdas, dan tentunya lemah lembut meski di beberapa saat tertentu ia akan berubah menjadi pria yang buas. Jika saja Jaemin menerima tawaran tersebut, mungkin saat ini Jaemin sudah duduk santai di sofa mewahnya sambil membaca majalah. Hidupnya akan bahagia, dan dirinya juga akan mendapatkan kasih sayang dari Hwang.
Tetapi ada sesuatu yang berkata lain. Benaknya berkata bahwa Jaemin tidak pantas bersanding dengan pria seperti Hwang. Jaemin lebih baik tetap seperti ini hingga ia benar-benar bertemu dengan orang yang tepat.
"Kau ingin apa?" Tanya Hwang sekali lagi. Kini tangannya mengusap pipi tirus Jaemin sesekali mengusap bibir merahnya dengan ibu jari.
"Kau hanya perlu mengirimkan bayarannya ke rekeningku segera. Besok aku akan pergi berbelanja dan menghabiskan uangmu."
Hwang terkekeh kecil, ia meraih sebuah kartu berwarna keemasan dari saku celananya. Ia menyodorkan kartu tersebut ke arah Jaemin membuat Jaemin menyeringai, ia berhasil. Ia langsung meraih kartu debit tersebut.
"Pakailah sesuka hati, anggap itu hadiah dariku sebelum kita benar-benar berpisah." Ujar Hwang.
Jaemin mendengus sebal, "dasar tukang akting."
"Baiklah-baiklah jaga dirimu. Aku akan menyempatkan waktu untuk bertemu denganmu."
Lelaki itu mengangguk singkat lalu mendorong tubuh Hwang menjauh. Sangat menjijikan harus bersetubuh dengan seseorang yang sudah menikah. Namun imbalannya cukup baik, Jaemin tidak merasa kesal lagi sekarang.
Jaemin melambaikan tangannya. Ia berjalan keluar dari ruangan tersebut sambil menyelipkan kartu debit tersebut ke saku celananya. Di saat dirinya berjalan, ia merasakan nyeri di lubangnya tetapi ia harus menahannya supaya tidak mengundang tatapan curiga dari orang lain. Pemuda itupun berjalan menghampiri Haechan yang sedang memakan makanan penutup berupa puding dan kue-kue kecil.
"Hei sudah berapa banyak makanan yang kau makan?" Jaemin meraih salah satu kue kecil lalu memakannya.
Haechan menelan suapan terakhirnya kemudian membilas mulutnya dengan minuman. Ia tersenyum senang, bahkan kedua pipinya merona saking senangnya. Mungkin hari ini adalah hari yang akan selalu Haechan ingat.
"Jaemin," Haechan meraih buah pisang yang sempat ia ambil tadi, "kau tahu apa impian baruku sekarang?"
"Apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[REVISI] positions. | JenoJaemin
Fanfiction[REVISI] Terakhir kali Jeno melihatnya, dia hanyalah seorang anak laki-laki labil yang tidak mengerti apa itu cinta. Penampilannya culun, senyuman lebar seperti badut, dan rambut berbentuk mangkuk. Namun semuanya berbeda ketika Jeno datang ke sebuah...