- 3 bulan kemudian
Jaemin meremas kedua tangannya karena resah. Wajahnya masih setia menunduk, menggigit pipi bagian dalamnya sesekali mendongak untuk melihat keluar jendela mobil. Jantungnya berdebar begitu kencang sejak Jeno menjemputnya beberapa saat lalu. Di sebelahnya, lelaki tampan itu juga merasakan detak jantungnya berdebar kencang meski wajahnya menyiratkan guratan tenang.
Hari ini adalah hari dimana tepat tiga bulan sejak Jeno kembali dari rumah sakit. Tubuhnya sudah pulih total, meski ia harus rutin memeriksa kondisi bahu hingga lengan kirinya ke rumah sakit tiga kali dalam sebulan. Dan hari ini juga, pada akhirnya Jeno membawa Jaemin untuk menghadap keluarganya.
Jeno berkata kepada keluarganya bahwa ada seseorang yang ingin ia perkenalkan kepada mereka. Mark dan Stephen tentu sudah mengerti siapa sebenarnya orang yang Jeno maksud. Tidak dengan Taeyong maupun Jaehyun. Mereka tidak mengira bahwa Jaemin-lah yang akan Jeno bawa ke hadapannya.
Taeyong dan Jaehyun pikir Jaemin hanyalah teman dekat Jeno selama dirinya berada di Korea. Tetapi melihat mereka berdua duduk bersandingan seperti ini membuat Taeyong tidak bisa berkata-kata lagi. Ia terdiam sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain, sesekali memandangi suaminya yang duduk tenang memandang intens pada pasangan muda di depannya ini.
"Ini Na Jaemin. Orang yang ingin aku perkenalkan kepada kalian. Dia adalah kekasihku." Ujar Jeno tenang menatap sang ayah tanpa ada rasa takut meski jantungnya terus berdegup kencang.
Jaemin meneguk ludah kasar. Ia mengangguk kecil sebagai salam lalu kembali menunduk. Tangan kirinya yang Jeno genggam, mengeluarkan getaran kecil pertanda Jaemin benar-benar gugup. Jeno mengusap tangannya lembut berusaha menangkannya.
"Berapa usiamu dan bagaimana pendidikanmu, Na Jaemin?" Suara berat Jaehyun terdengar menyeramkan di telinga Jaemin.
"Usiaku 21 tahun dan aku alumni dari Incheon Senior High School." Jawab Jaemin dengan tenang, meski tidak dapat dipungkiri bahwa jantungnya terasa ingin meledak.
Jaehyun menghela nafas panjang. Ia pun menyodorkan empat lembar foto di atas meja membuat Jeno menaikkan alisnya bingung. Ia dan Jaemin pun sedikit mencondongkan tubuhnya lalu terkejut melihat lembaran foto-foto tersebut.
"Apa benar ini kamu?"
Jaemin merasakan lidahnya kelu. Foto-foto itu menunjukkan dirinya ketika masih bekerja di klub dan saat dirinya sudah bertemu dengan Jeno. Ternyata selama ini keluarga Jeno telah mengirimkan beberapa penguntit untuk mencari seluk beluk seorang Na Jaemin. Wajah anak itu memerah, antara malu sekaligus marah. Berbeda dengan Jeno yang langsung meraih empat lembar foto tersebut lalu merobeknya dalam sekali gerakan.
"Kau benar-benar lancang! Bagaimana bisa kau mengirim para bawahanmu untuk mencari tahu privasi orang lain!?" Teriak Jeno menatap nyalang ke arah ayahnya. Jaemin terkejut, ia menatap Jeno dan ayahnya secara bergantian.
"Jeno, sudahlah." Bisiknya kemudian meminta Jeno untuk duduk kembalim
Jeno menoleh, meremas lengan Jaemin dengan kuat secara tidak sadar, "aku akan menghancurkan siapapun yang berani merendahkanmu, Na Jaemin!"
Mark menunduk mendengarnya. Ia hanya bisa diam sambil berperang dingin di kepala. Sebenarnya ia tidak ingin ikut campur dalam hal ini tetapi bagaimanapun juga ia harus membantu adiknya. Begitu dengan Stephen, ia sontak berdiri saat Jeno membentak Jaehyun. Takut jika Jeno hilang kendali berakhir mereka berkelahi.
Akhirnya Jeno kembali duduk bersama Jaemin. Matanya masih menatap nyalang ke arah mata sang ayah.
"Kamu yakin kamu pantas bersanding dengan anakku?" Tanya Jaehyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
[REVISI] positions. | JenoJaemin
Fanfiction[REVISI] Terakhir kali Jeno melihatnya, dia hanyalah seorang anak laki-laki labil yang tidak mengerti apa itu cinta. Penampilannya culun, senyuman lebar seperti badut, dan rambut berbentuk mangkuk. Namun semuanya berbeda ketika Jeno datang ke sebuah...