Sedari tadi Stephen berdiri di dekat pintu utama sambil memandangi gerbang. Ia berharap kakaknya cepat datang sebelum terjadi keributan di ruang tengah. Kini dua pihak keluarga bertemu untuk yang pertama kali, duduk di ruang tengah sejak beberapa menit lalu menunggu Jeno dan Jaemin tiba.
Tak lama kemudian sebuah mobil berwarna hitam berhenti di depan rumah. Si pengemudi bersama kekasihnya keluar dari mobil, memandangi mobil lain yang berada di depannya. Mobil putih itu adalah mobil milik Yuta, berarti ucapan Stephen tidak main-main.
"Hyung." Panggil lelaki muda itu menghampiri sang kakak.
"Sebaiknya kau bawa Jaemin ke kamarku." Pinta Jeno sambil merangkul bahu Jaemin namun kekasihnya menggeleng.
"Aku akan ikut berbicara bersama mereka."
Alhasil kini Jeno dan Jaemin disambut tatapan tidak bersahabat dari keluarga mereka. Jaehyun si kepala keluarga Jung tampak menghirup nafas dalam sebelum menatap tajam ke arah si tengah. Sedangkan kakak Jeno yaitu Mark memilih untuk berdiri, membiarkan sepasang kekasih itu untuk duduk di sofa yang sempat ia tempati.
"Bagaimana keadaanmu, Jaemin?" Tanya Jaehyun membuka topik pembicaraan di antara mereka. Namun entah kenapa hawa panas terasa semakin jelas menyelimuti satu persatu orang di ruangan tersebut.
"Aku baik." Jawab Jaemin tanpa berbasa-basi menanyakan kembali keadaan Jaehyun.
"Kudengar Jaemin sedang mengandung, benarkah?" Mendengar pertanyaan itu telontar begitu saja membuat Jeno maupun Jaemin mendadak ciut. Seharusnya Jaehyun sudah tahu apa jawabannya, "jawab, Jung Jeno."
"Benar.. kekasihku sedang mengandung calon bayi kami."
Yuta pun melirik ke arah Jeno, "kuharap kau bertanggung jawab atas segalanya secepat mungkin, bagaimanapun juga kau yang telah membuat anakku hamil sebelum menikah."
"A-aku akan bertanggung jawab tapi tidak sekarang, abeoji." Baiklah Jeno rasa arah pembicaraan ini mulai mengacak ketika melihat Yuta menatap tajam ke arahnya.
"Tidak sekarang? Maksudmu? Kau ingin meninggalkan anakku begitu saja?"
"Aku akan menikahi Jaemin setelah anak kami lahir." Jeno menggenggam tangan Jaemin perlahan-lahan.
Sontak Yuta pun tertawa meremehkan. Ia benci jika harus menahan amarahnya seperti ini. Di sebelahnya, Sicheng hanya bisa menyatukan kedua tangan dengan gelisah, ia masih belum siap jika harus dihadapkan oleh kenyataan seperti ini.
"Kau sudah mendengar langsung dari anakku, Yuta-ssi. Kurasa semua-"
"Laki-laki mana lagi yang bertingkah layaknya pecundang seperti anakmu, Jung Jaehyun-ssi? Anak sulung kami kini sedang mengandung darah dagingnya, dan dia bilang jika dia akan menikahi Jaemin setelah bayinya lahir? Pemikiran macam apa itu?"
"Kurasa mereka belum siap dihadapkan pernikahan di usia dini. Jadi sebaiknya sebagai orang tua kita harus menerima keputusan anak-anak dengan lapang dada meski semua ini terjadi karena kesalahan mereka sendiri." Taeyong mulai menginterupsi berusaha memberi pengertian kepada Yuta yang mungkin sudah salah paham.
Namun bukan Yuta namanya jika harus menyerah begitu saja. Ia ingin Jeno bertanggung jawab atas perbuatannya yaitu menikahi Jaemin dalam waktu dekat daripada harus menerima ribuan pertanyaan dari orang lain. Yuta sangat menyayangi anak sulungnya hingga rasanya ia ingin menyakiti siapapun yang berani menyentuh Jaemin di luar batas.
KAMU SEDANG MEMBACA
[REVISI] positions. | JenoJaemin
Fanfiction[REVISI] Terakhir kali Jeno melihatnya, dia hanyalah seorang anak laki-laki labil yang tidak mengerti apa itu cinta. Penampilannya culun, senyuman lebar seperti badut, dan rambut berbentuk mangkuk. Namun semuanya berbeda ketika Jeno datang ke sebuah...