Chapter 9 : Jeno and Renjun

33.8K 3.5K 738
                                    

🔞 Sex scene

Jeno membuka kedua kelopak matanya. Hal pertama yang dirinya dengar adalah jam digital yang terus berdering. Jam tersebut menunjukkan angka 13.15 pertanda bahwa hari sudah siang. Laki-laki yang hanya memakai celana pendek selutut tanpa atasan itu segera mengangkat tubuhnya kemudian duduk di pinggir ranjang.

Jeno dan dua saudaranya pulang jam empat pagi dengan keadaan setengah mabuk. Untung saja Mark bisa mengendarai mobil dengan hati-hati jika tidak habislah mereka bertiga. Setelah sampai di rumah, Mark dan Jeno membopong Stephen yang mabuk berat ke dalam kamarnya lalu mereka berdua segera kembali ke kamar masing-masing.

Untungnya kedua orang tuanya masih terlelap di dalam kamar mereka, jika tidak pasti mereka bertiga sudah dimarahi habis-habisan.

Jeno baru bisa tidur jam lima pagi karena ia harus membersihkan tubuhnya dan meminum susu untuk meredakan mabuknya sebelum berakhir terlelap dengan memakai celana pendek saja. Hingga akhirnya Jeno terbangun setelah sekian lama tertidur, bahkan ia melewatkan sarapan dan makan siangnya.

Lelaki itu mengusap wajah gusar. Kedua kakinya melangkah masuk ke dalam kamar mandi untuk membasuh wajah serta menggosok giginya. Setelah itu Jeno beralih ke ruang ganti untuk mengambil sebuah baju longgar berwarna abu-abu. Lelaki tampan itu menyisir rambut halusnya ke belakang kemudian menggeleng-geleng kecil sehingga rambutnya turun ke bawah.

Setelah memastikan dua lapis tirai balkonnya terbuka begitu juga dengan pintunya, Jeno pun melangkah keluar dari kamar dengan kaki telanjang. Baru saja ia membuka pintu, sesosok lelaki bertubuh mungil tampak terkejut melihat salah satu pintu ganda itu terbuka.

"Jeno

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jeno." Ujarnya sambil memasang senyum terbaiknya.

Jeno mengerjapkan mata berulang kali sebelum mengulas senyum tipis, "Renjun?"

Pemuda bertubuh mungil itu terkekeh senang. Ia memeluk tubuh besar Jeno dibalas pelukan hangat dari lawan bicaranya. Jeno mengusap punggung Renjun, sedikit tidak percaya karena Renjun berubah drastis sejak terakhir kali mereka bertemu sebelum Jeno pergi ke luar negeri. Terkadang mereka hanya berbicara lewat telepon atau video call saja, tidak lebih atau bahkan sampai bertemu pun tidak pernah karena mereka berdua sibuk dengan pendidikan masing-masing.

"Kau tinggi sekali Jeno! Aku benar-benar iri." Renjun mendengus sebal sambil memukul dada Jeno pelan.

Pemuda tampan itu tersenyum, "memang dasarnya kau yang kecil."

"Hei!"

Keduanya terkekeh pelan. Lantas Renjun pun menatap mata tajam Jeno, semburat merah mulai berjalan dari telinga hingga kedua pipinya. Mata Renjun turun ke bawah yaitu ke bibir Jeno, kemudian naik lagi ke atas. Mereka saling mendekat sebelum tangan Jeno meraih pinggang Renjun mendekat.

"Aku merindukanmu, Jeno." Ujar Renjun pelan. Kedua tangannya melingkar di leher Jeno.

"Aku juga." Jawab yang lebih muda, mereka hanya berbeda satu bulan omong-omong.

[REVISI] positions. | JenoJaemin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang