Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pertama kali Jungwon pindah ke rumah Jihan, saat mereka berusia 6 tahun. Sama-sama memulai masa sekolah dasar bersama.
Perceraian orangtua Jungwon yang membuat bocah lelaki itu terpaksa pindah ketempat baru, yang dimana ia sangat membencinya.
Tanpa sosok Ibu dan juga Ayah yang sangat sibuk dengan pekerjaannya.
Kalau ditanya, kemana Ibunya sekarang? Jungwon juga tidak tau dengan keberadaannya. Yang ia ingat, Ibunya pindah keluarga negeri saat hak asuh dimenangkan oleh Papanya.
Kenapa harus rumah Jihan? Karena saat itu rekan kerja yang sangat Papanya Jungwon percaya adalah Bundanya Jihan, saat tau Papanya ingin menitipkan Jungwon untuk waktu yang lama, Bunda Jihan sangat senang karena sudah lama dirinya menginginkan anak laki-laki.
"Dulu tuh dia bener-bener gak mau makan kalau gak sama Papanya," jelas Bunda Jihan yang sedang memasak rendang kesukaan Jihan,
"Makanya Bunda bingung, dulu nangis sampai badannya demam tinggi. Bunda panik banget, untung Papanya pas itu pulang dan langsung dianter ke UGD,"
Jihan mendengarkan cerita tentang Jungwon, tidak tau mengapa obrolannya mengalir begitu saja.
Karena Jungwon sekarang lagi sakit, Bundanya jadi flashback masa lalu.
"Dari dulu emang udah batu ternyata." ucap Jihan akhirnya, lalu menata piring dan sendok di meja makan. Menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 12.
"Panggil Jungwon, Han. Udah jam makan siang, dia harus minum obat teratur supaya lukanya cepet sembuh,"
Jihan mengangguk patuh, ia berjalan keatas lalu mengetuk dua kali pintu yang bertuliskan "JW"
Tak ada jawaban, Jihan sudah biasa menyelenong masuk. Karena ia tahu Jungwon gak bakal nanggepin juga.
Berjalan pelan kedalam kamar lelaki yang sedang menatap ponselnya sambil berbaring di kasur, "Ayo makan, Bunda udah manggil."
Seolah melupakan kejadian kemarin yang mana Jihan marah-marah gak jelas, padahal Jungwon gak ngelakuin kesalahan apapun.
"Duluan aja,"
Jihan menghela napasnya kasar, "Gak sopan, Bunda udah masak banyak gak boleh makan sendiri-sendiri, sekarang turun ayo gue bantuin."
Jungwon juga gak punya pilihan, ia mengangkat tangannya bermaksud meminta tolong agar Jihan membantunya untuk berdiri.
Gadis itu mengaitkan tangannya lalu menarik lelaki itu perlahan, "Sshhh,"
"Pelan-pelan, jangan grasak gitu!" omel Jihan kesal karena melihat Jungwon yang malah membuat dirinya sakit sendiri,
Setelah beberapa menit, Jungwon dan Jihan menuruni tangga dengan perlahan. Lelaki itu masih tidak kuat berjalan, mereka duduk berhadapan.
"Kalau makin parah, besok tante bawa lagi ke rumah sakit ya?" tanya Bunda Jihan tiba-tiba,
Jungwon mengangguk menanggapi, melihat kondisi Jungwon yang semakin pucat membuat Jihan khawatir juga.
"Yaudah sekarang makan, abis itu minum obat,"
Mereka berdua memulai makannya, disela makannya Jungwon beneran ling-lung banget yang membuat Jihan dan Bundanya bingung,
"Kenapa?" seperti tau ada yang gak beres sama tingkah laku Jungwon, Jihan terus memperhatikannya.
Jungwon menggeleng.
Lelaki itu berusaha mengangkat sendok lalu menyuapnya, tetapi tiba-tiba sendok yang ia pegang jatuh dan membuat suara berisik.
Jihan buru-buru berdiri dan duduk disebelah Jungwon panik, "Lo kenapa?"
Bunda Jihan juga gak kalah paniknya.
"Ayo ke rumah sakit sekarang, takutnya parah." Jihan mengangguk dan membantu Jungwon berjalan ke mobil dan tak lupa ia mengambil jaket Jungwon di kamarnya,
Jungwon juga gak tau ada apa sama dirinya sekarang.