fourty one

1.1K 205 26
                                    

"Kenapa ini kerasa nyata banget?"

Jihan mengusap wajahnya kasar, mencubit beberapa kali tangan kanannya. "Gue bisa liat lo gini, nyata banget. Gue harap gue nggak akan pernah bangun."

"Kemarin gue liat lo di kasur rumah sakit, pucet banget. Memar di muka lo, bekas luka di tangan. Sekarang lo bersih, gue yakin lo bahagia kan disana? Gue harap lo tenang, Won. Lo berhak dapat kebahagian, selamanya."

"Rasanya gue mau peluk lo banget, tapi nggak bisa. Gue harus sadar, sekarang kita udah berpisah, kalau gue peluk lo disini, saat gue bangun nanti, gue tambah nggak rela ngelepas lo."

Jihan menapakan kakinya di lantai, "Lo nggak perlu khawatir, gue akan baik-baik aja. Mereka yang jahat sama lo, sama gue, sama yang lain. Udah ditangkep. Gue bisa hidup normal sekarang."

"Ini mimpi terbaik gue, Won. Glad that you came, makasih. Gue nggak tau akan balas budi gimana, makasih udah datang ke hidup gue, ya? Dengan nama Jungwon, dengan senyum lo, dengan lesung pipit lo, dengan tatapan sinis lo. Makasih udah pernah mengisi masa kecil gue, udah ada disaat gue butuh lo, ngapus air mata gue, ngelindungin gue dari apapun, dengan cara lo."

"Makasih udah jadi support system terbaik gue, udah jadi orang pertama yang gue liat setelah bangun tidur, udah jadi penasihat kedua walaupun sambil ngebentak, makasih udah jadi segalanya di hidup gue."

"Lo segalanya dan sekarang pergi, tebak gimana hancurnya hidup gue?" Jihan mengusap pipinya. "Haruto, Win, dan Dohyon bangga punya teman sebaik diri lo. Gue yakin mereka ngerti, bahwa kaptennya pergi untuk sebuah alasan, bukan tanpa alasan."

"Suatu saat gue dewasa, gue menikah, dan punya anak. I'm gonna tell them that i have a bestfriend that make my world complete, make my world better, make my smile shines through the whole world. I promise, just wait."

Jungwon menatap Jihan, tatapan yang tidak bisa dijelaskan. Hanya bisa dilihat dan dirasakan.

"Let's just do it, i guess? Saat kita dewasa and fall in love with each other?"

Gadis itu menggeleng, "Sama yang lain ya, Won. Gue harus tabah tanpa lo, gue harus kuat demi lo. Harus semangat untuk lo. Gue harus jatuh cinta sama laki-laki yang bisa natap mata gue kayak lo natap gue, yang bisa marahin gue dengan tatapan sini lo."

Jungwon menatap Jihan kesal, "Just fall for me? It's not hard."

"I am, Won. Gue udah suka sama lo saat Papa lo dateng ke rumah gue untuk nitipin lo, i'm all here, dari dulu."

Hening, meluapkan semua emosi diimajinasinya masing-masing.

"Haruto, Win, sama Dohyon sesekali kesini. Katanya kangen dan nyemangatin gue."

Jungwon menaikkan satu alisnya, "Untuk?"

"Ya untuk ngehibur gue? Gue berterima kasih banget sama mereka karena udah ngurus lo pas kita jauhan." jawab Jihan beranjak dari duduknya.

Jungwon menatap Jihan dari atas hingga bawah, gadis itu memakai kebaya berwarna pink tua yang sangat cocok dengannya. Merasa sedih karena melewatkan masa ini, karena dia harus pergi.

"So, we're alright now? Gue udah ngungkapin unek-unek nih. Gue nggak tau bakal bangun kapan, ini kayak anugrah bisa ngobrol di mimpi bareng lo."

Jungwon menghela napasnya kasar, "Kenapa dari tadi omongan lo selalu ada kata mimpinya? Lo menolak kehadiran gue? Lo nggak mengharapkan gue sekarang? Lo mau nyuekin gue untuk kedua kalinya?"

Jihan tertawa, "Karena emang ini cuma ilusi gue aja, Won. Ini nggak nyata. Ini harapan gue, makanya gue dikasih mimpi buat ketemu lo. Makasih udah dateng."

"Jihan, gue hidup untuk lo. Gue dikasih kesempatan lagi sama tuhan buat kembali menggenggam tangan lo, gue bernapas lagi karena semesta ngizinin gue buat bareng lagi sama lo."

Jihan menggeleng, "Jungwon, gue harap ini nyata, gue harap lo bisa bicara ini di tempat yang berbeda."

"Makasih untuk segalanya, teman kecil. Gue harap kita sama-sama bahagia. Walau semesta kita berbeda."

🐰🐰🐰

Maaf kalau ada typo, kesalahan grammar dan tanda baca.

Jangan ovt! Ayo berpikiran positif!!! Beberapa chapter menuju ending, BE HAPPY AND STAY HEALTHY💖💖💖

less of you ; jungwon ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang