fourty four

1.3K 188 4
                                    

Warung Kopi Nako sore itu dipenuhi muda-mudi ceria yang tidak khawatir akan hari esok, karena malam senin kali ini mereka tidak akan gelisah dengan PR yang diberikan guru atau mempersiapkan presentasi besok di depan kelas.

Karena mereka disini merayan hari kelulusan, walaupun kemarin sudah wisuda.

Ketua angkatan, sudah lebih dulu memesan khusus sore itu hanya untuk teman angkatannya. Jadi tidak perlu berebut tempat oleh orang lain.

"Pesen aja ya, minuman satu, makanan satu. Boleh tambah cemilan. Udah dihitung kok, pesen ya semuanya!" teriak Liz, ketua angkatan super duper tegas tapi ramah juga kalau lagi diluar.

Jungwon sedang mengobrol di luar ruangan, karena di dalam area bebas asap rokok. Bersama Haruto, Dohyon, dan Win. Biasa, pada ngudut.

Duduk di sebalah Liz yang lagi repot ngurusin pesanan anak-anak. Jihan ikut bantuin di sampingnya. "Bantuhin pisahin kertas yang udah dipesen aja, Han. Gue yang ngasihin ke mbaknya." dibalas anggukan oleh Jihan.

Sementara mereka berempat duduk di ayunan yang berjejer, "Nggak kerasa, udah lulus. Abis ini kuliah, masih main nggak kita?"

Dohyon mengangguk, "Masih lah, Win. Lo nggak liat anak babeh yang udah alumni aja masih nongkrong bareng."

"Tapi nggak usah tonjok-tonjokkan lagi anjing, udah tobat kalian. Nggak usah nambah kekhawatiran keluarga kita semua." tanya Haruto menginjak rokok sisa dan menyedot milktea pesanannya.

"Tumben, To. Paling bijaksana." Dohyon menepuk pundak Haruto, "Lo daftar di kampus yang ada Kak Yuna, ya? BUCIN TAIIII"

Haruto menggeleng, "Gue daftar UGM karena disuruh bokap, ngapain juga ngikutin tuh kakel. Akrab aja enggak."

"Nggak akrab tapi dm-an tiap hari." timpal Win.

Dohyon mengambil bungkus rokok yang ada di tangan Jungwon, "Udah anjir, nggak usah nambah penyakit. Nyebat sekali aja, lo baru sembuh gila."

"Lebay." balas Jungwon.

"Lebay apanya setan? Lo tuh sakit sampe nggak ikut TO sama ujian nasional, untung masih dilulusin lo. Udah ah, nurut aja!" Dohyon memasukkan bungkus rokok yang masih ada isinya ke kantong hoodienya.

Hening diantara mereka, cuma suara hembusan asap rokok. Dan menatap kearah depan. Seolah ingin memberhentikan waktu. Pasti habis ini mereka terpisah oleh kota, pulau, bahkan negara. Berkorban demi masa depan masing-masing, walaupun dalam hati masih mengharapkan kebersamaan, tetapi masa depan tetap prioritas.

"Temen-temen, gue mau ngomong sesuatu."

Kini tiga orang menjatuhkan atensinya pada si sumber suara, menatap seolah mendesaknya untuk segera mengatakan apa maksudnya.

"Kemarin malam gue ngobrol panjang sama bokap di telpon. Setelah gue di rawat, bokap bela-belain stay di rumah sakit. Padahal kerjaannya lagi numpuk. Bokap gue setiap minggu pindah-pindah kota terus. Kemarin baru berangkat lagi ke Bali."

Jungwon berdehem, ketiga temennya merasakan kalimat ambigu pada perkataan Jungwon. "Lo.... Mau kemana?" tanya Haruto cepat.

Menghembuskan napasnya, lalu menundukkan kepalanya. "Amsterdam."

"Gila, Won. Jauh banget?" sahut Win cepat, "Kenapa nggak disini? Lo pasti keterima UI, Won. Lo kan pinter."

Jungwon menggeleng, "Gue juga maunya gitu, Win. Gue nyaman disini, semua orang yang gue sayang ada disini."

Menggerakan ayunannya, Jungwon menatap ketiga sahabatnya. "Bokap gue harus dinas disana empat tahun, dia bilang nggak mungkin kalau ninggalin gue disini, dan pasti gue juga nggak kekontrol ntar, apalagi bokap gue jarang pulang. Bokap gue udah bayar penuh, gue nggak bisa nolak."

"Tiga tahun, pasti gue bakal balik. Kita main lagi."

Dohyon menggeleng, "Tiga tahun lama kocak, terus? Lo baru ngabarin ini ke kita doang? Anak babeh yang lain?"

Jungwon mengangguk, "Abis ini gue pamitan sama yang lain, gue harus pamitan, nggak mungkin gue pergi gitu aja. Waktu gue lagi sakit, lagi down, mereka ada buat gue."

"Jihan?" tanya Haruto, dari ekspresinya ia yakin bahwa temannya ini belum sama sekali memberi tahu siapa-siapa.

Jungwon menggeleng.

"Cepetan kasih tau, dia yang paling hancur pas lo dirawat. Nggak usah mendadak kasih taunya, Won, gue harus tegas sama lo. Dia bener-bener terpukul sama apa yang terjadi akhir-akhir ini, lo juga baru sembuh kan? Nurut sama orang rumah, jangan ngelak terus."

"Iya."

less of you ; jungwon ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang