nin:e

1.8K 294 14
                                    

"Lo suka sama Jungwon?"

Wonyoung yang sedang mencuci tangan di wastafel kamar mandi sekolah menatap pantulan cermin, gadis yang dari tadi membuatnya kesal setengah mati.

"Urusan lo nanya begitu?" jawab Wonyoung menekan tempat sabun, lalu mengusapnya ke telapak tangan.

"Urusan gue, karena Jungwon temen gue." ucap Jihan menatap Wonyoung seolah di depannya adalah musuh yang sangat gadis itu benci,

Wonyoung tertawa sinis, "Yang keliatan suka sama Jungwon tuh malah lo, Jihan."

Gadis itu sama sekali tidak menjawab.

Wonyoung mengakhiri kegiatan cuci tangannya, lalu menggerakkan tangannya sengaja, airnya terciprat ke Jihan. "Sialan lo!" geram Jihan langsung menarik rambut Wonyoung ke samping.

"Jihan asal lo tau. Gue gak pernah anggap lo musuh, dari pertama gue pindah ke sekolah ini dan hari itu ada ulangan fisika, nilai gue 96 dan lo 94. Lo natap gue seolah gue mangsa lo," kata Wonyoung menatap Jihan, gadis itu mencoba melepaskan rambutnya dari jambakkan Jihan.

"Gue gak masalah sama nilai lo yang diatas gue, yang gue permasalahin semua guru dan anak kelas kita mandang gue saingan lo. Padahal mereka semua cuma liat dari sisi pandang lo."

Jihan mendorong Wonyoung, "Aw!" teriak Wonyoung kesakitan, kepalanya sengaja di dorong oleh Jihan dan membentur tembok.

Sesudah mendorongnya, Jihan melangkah keluar kamar mandi meninggalkan Wonyoung yang masih meringis kesakitan.

.-.-.-.-.-.

Hari ini Jungwon pulang dengan motornya, keadaan Jungwon makin membaik karena itu Bundanya Jihan mengizinkan dirinya membawa motor,

Menoleh ke samping kiri, Haruto yang sedang memakai helmnya bersiap pulang, "Gak seru ah gak ke babeh dulu, kenapa ya kira-kira babeh tutup hari ini?"

Warung yang selama 2 tahun terakhir menemani Jungwon dikala mau bolos atau ngumpet dari hukuman, babeh tutup. Gak tau kenapa.

"Mungkin Bapaknya lagi sakit," jawab Jungwon asal.

Haruto mengedikkan bahunya, menyalan mesin motor. Dan mereka berdua meninggalkan area sekolah.

Di perempatan Haruto belok kiri, Jungwon lurus, tetapi lelaki itu memicingkan matanya.

Terdapat gadis yang sedang ketakutan, dan dua anak muda yang sedang menggeledah tasnya.

Jungwon terkejut, buru-buru ia tepikan motornya di halte. Membawa helmnya sebagai senjata.

Emang gak pernah kapok, baru sembuh udah berani berantem lagi.

Bersembunyi di balik warung, Jungwon menatap penjualnya. "Kok gak ada yang nolongin mang?"

Penjual itu menggelengkan kepalanya, "Gak ada yang berani atuh a', dia ketua geng. Mana bawa senjata."

Jungwon menatap penjual tidak mengerti, sama saja.

"Wonyoung!" teriak Jungwon tiba-tiba,

Yang dipanggil menengok kebelakang, lalu terkejut melihat perawakan lelaki itu, "Sini!"

Tak ada aba-aba, Wonyoung langsung berlari ketakutan lalu memeluk Jungwon sampai-sampai lelaki itu terhuyung kebelakang, "Brengsek banget itu mereka berdua, gue lagi jalan malah ditarik tas gue suruh ngasih duit!" jelasnya sambil berusaha menetralkan napasnya,

Jungwon masih tidak tau apa yang terjadi, ini Jungwon dipeluk?

"Oh kedatengan pacarnya toh," sahut salah satu laki-laki menggerakkan tas Wonyoung kekanan dan kekiri sambil tersenyum puas.

Jungwon menoleh ke Wonyoung yang masih memeluknya, "Di tas lo ada apa? Dompet? Hp?"

Wonyoung menggeleng, "Dompet sama Hp di kantong syukurnya, yang di tas gue catatan penting semua."

Lelaki itu berpikir keras, dia masih belom boleh berantem. Kalau Jungwon kena pukul lagi. Udah pasti Bundanya Jihan gak bakal bolehin dia sekolah.

"Lo mau duit kan?" teriak Jungwon kepada dua pemuda itu,

"Hahaha! Masih nanya lo?" jawab salah satunya.

Jungwon tersenyum, "Sini, gue kasih alamat gue. Lo dateng kesini ntar asisten gue yang ngasihin duitnya. Lo mau berapa? Bilang aja."

Keduanya lantas berjalan kearah Jungwon sewot, "Gue gak perlu basa-basi, seratus juta."

Lelaki itu tertawa kecil, "Oke deal." jawabnya memberikan secarik kertas kecil yang berisikan alamat dan juga nomer telfon.

"Gue tunggu di alamat ini, kalau lo berdua gak kesini. Seratus jutanya angus. Gue pergi dulu." kata Jungwon sambil menggandeng tangan Wonyoung mendekati motornya,

Wonyoung menatap Jungwon tak percaya, "I-itu serius seratus juta?"

Sementara dua pemuda itu teriak kesenangan, Jungwon menatap Wonyoung serius.

"Itu alamat polsek kecamatan, Won."

•♥•.¸¸.•♥•.¸¸.•♥•.¸¸.•♥•.¸¸.•♥•.¸¸.•♥

Halo, jangan lupa vote sama komennya😗❣️

less of you ; jungwon ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang