° Brownis toping Nasi goreng

210 39 0
                                    

Matahari hari ini sangat terik, sinarnya nyentrik menusuk kulit. Hari ini minggu siang, Ghea tidak melakukan apa-apa seharian dan hanya berguling di atas kasur yang bagian tengahnya disinari matahari dari jendela.

Belakangan cuaca sedang labil, kalau siang panas terik, menjelang sore tiba-tiba turun hujan lebat. Ghea jadi kebingungan karena sebagian besar aktivitasnya ia lakukan jam tiga ke atas. Di rumah ia tidak punya mobil, meski papa pernah memberinya, tapi tidak lama mobil itu mereka jual demi memenuhi kebutuhan rumah saat dirinya dan Rhea benar-benar membutuhkan uang.

Ia menoleh ke samping tepat saat handphonenya berbunyi.

"Kenapa?"

"Mama bikin brownis kesini cepet, teteh juga."

"Jemput..."

"Jemput Tuhan baru tau rasa."

"JOKESNYA SEREM YA GILA, KALAU DIAMINI SAMA MALAIKAT LO JUGA GUE AJAK!"

Leo tergelak di seberang.

"Buruan makanya."

"Y."

Tut.

Sebenarnya ia cukup malas untuk sekedar turun dan menyebrang ke rumah didepannya, tapi brownis di siang bolong seperti ini sepertinya cukup membuat dirinya tergiur.

Ia langsung turun dan menghampiri kamar Rhea.

"Teh."

Rhea yang sedang membaca buku sambil rebahan berdehem.

"Mama bikin brownis, suruh ke sana. Ayo."

Ngomong-ngomong brownis adalah ciri khas keluarga Leo, mereka selalu membuat brownis beraneka rasa yang unik dan tidak membosankan untuk dimakan sendiri. Biasanya Mama akan mengundang Ghea dan Rhea untuk menghabiskan dua loyang brownis dengan dua rasa yang berbeda.

Sampai didepan pintu rumah Leo indra penciuman Ghea langsung mencium bau harum. Ia buru-buru masuk ke dalam menuju meja makan, di sana sudah ada Fey, mama dan Leo yang duduk bersama.

"Waduh waduh... Buatan siapa nihh..." Ghea duduk tepat di sebelah Leo yang sedang nangkring sembari bermain game di ponselnya. Sedangkan Rhea duduk di sebelah Fey.

"Coba cicipin neng, enak gak." Ujar mama.

Ghea tanpa ragu langsung mengambil satu irisan kue dengan semangat, tanpa memikirkan rasa sebab ia yakin 100% buatan mama sudah paling top markotop.

Tapi begitu gigitan pertama, ia berhenti mengunyah. Ekspetasinya terlalu tinggi soal rasa.

"Ma... Mama gak mungkin salah resep kan?" Katanya setengah speechless.

"Kenapa emang?" Tanya Rhea, kemudian mengambil satu lagi irisan dan menggigitnya.

"Kok gurih? Mama gak salah ambil gula jadi garam kan?"

Mama dan Fey tergelak, sedangkan Leo masih fokus pada gamenya.

"Itu aja untung jadi brownisnya, mama udah rela tuh dapur jadi tempat eksperimen dia." Katanya menunjuk Leo.

"Lo tuh aneh-aneh aja emang, udah tau tangannya gak se luwes mama." Cibir Ghea.

Leo menggaruk kepalanya, "Ya kan gue lagi mencari bakat guys. Kali aja kan gue punya bakat terpendam bikin ginian, gak cuma ngeracik kopi doang gitu maksudnya."

Mama geleng-geleng kepala.

"Tapi enak tau, nggak keasinan dan gak hambar-hambar banget. Bisa lah masuk perut." Fey membela sembari mengigit brownis cokelat bertabur almond.

DINEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang