"LELE KOK LO JADI KASIR?!"
Leo shock bukan main, ada Olin dan Gendis didepannya berdiri berdampingan. Matanya melotot dan mereka membeku ditempat, Olin sampai menutup mulutnya yang membuka lebar.
"Sa-santai mamen..."
"Santai gimananya Lele?? I-ini beneran Kareleo kan?!" Heboh Gendis sembari menoel-noel pipi Leo. "Serius Dis."
"Leo... Kok lo jadi jelek..." itu Olin, dengan kelemah lembutan dia mengatakan bahwa Leo jelek, membuat si empunya muka mendengus.
"Udah ah! Lo pada jadi beli nggak?"
"Buset! Kasir mana ada yang galak begini? Bos lo tau nggak?" goda Gendis membuat Leo mendelik.
"Lo kesini niatnya belanja apa mau mampusin gue?"
Gendis nyengir kemudian pamit untuk mulai berbelanja.
Leo lupa, ini masih lingkungan kompleks. Tidak bisa melawan jika sudah ketahuan seperti ini. Kosan mereka memang satu kompleks namun berbeda blok. Tapi tetap saja, minimarket ini kan minimarket umat kompleks Permata Bangsa, jadi tidak bisa menyalahkan jika sudah terciduk.
"N-nih belanjaan gue."
"Ini juga."
Leo mendelik, untuk kesekian kali.
Didepannya ada banyak sekali barang yang tidak pernah Leo sentuh.
"K-kalian beli ini doang?"
Mereka mengangguk.
Barang yang dibeli Gendis dan Olin adalah barang wanita, ya seperti pembalut beraneka jenis dan pantilainer.
"Kan l-lo harus mulai sering pegang ginian! Jadi nggak usah kaget lah!" seru Gendis tidak terima melihat Leo shock.
Cowok itu mulai menghitung jumlah nominal hasil belanjaan Gendis dan Olin lewat mesin kasir didepannya. Kegiatan tersebut sedikit canggung, meski ada Leo dan Gendis yang ramainya minta ampun, tetap saja...
"Rp. 53.600."
"Rp. 3.600 diskon kali. Masa ke temen sendiri enggak..." sindir Gendis sembari melihat kearah lain. "Yaudah iya 50 doang!"
Gendis nyengir, kemudian memberikan uang berwarna biru dari dompetnya pada Leo.
"Tapi ada syaratnya."
"Wah parah lo Le, masa pake syarat-syaratan. Jangan ngadi-ngadi lu, Nana kawan lo."
"Buset! Bukan itu oy!"
"Terus apa?
"Lo... Jangan bilang ke Ghea," Leo menatap Gendis dalam.
"Atau gue bakalan ngadu ke Nana bilang kalo lo main malem-malem."
"LELE BRENGSEK!"
-
Ghea yang terbahak-bahak mendengar lelucon Echa akhirnya diam melihat kedua sahabatnya datang.
"Asikk minumannya udah dateng. Lama banget deh? Kenapa? Akang kasirnya ganteng ya?" Tanya Echa bertubi-tubi.
Olin dan Gendis gelagapan.
"Ta-tadi Olin mergokin orang lagi anuan di gang."
Semua mendelik.
"Olin... Lo..."
"Bu-bukan! Gue cuma ngintip doang abis itu ngacir." jelas Olin, keringatnya bercucuran.
"Kalian beneran liat begituan?" Tanya Ghea.
"Enggak!"
"Iya!"
Ghea mengangguk, "kalian bohong."
Wajah mereka langsung pucat pasi. Begitupun Eden, gadis itu sudah tau.
"Kalian pasti liat sampe akhir kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DINERO
Teen Fiction"Bahagia kok karena uang. Bahagia tuh kalo lo sama gue nikah." Cae; 2020