Pagi yang aneh.
Tidak ada sapaan hangat dari rumah sebelah. Tidak ada motor yang akan sibuk memberinya klakson saat dia mau berangkat kuliah. Dan tidak ada senyuman dari dia yang sudah berhari-hari ini tidak Ghea lihat.
Teteh juga hari ini tidak di rumah, katanya ada kepentingan mendadak seputar pekerjaannya yang benar-benar hanya meninggalkan sepiring nasi goreng yang hampir mendingin dengan segelas susu cokelat kesukaannya, juga tidak lupa dengan kertas post it yang ditempelkan di meja.
Teteh ada kerjaan.
Itu nasi gorengnya kalo nanti udah dingin lo panasin lagi gak papa. Asal dimakan, gue buru-buru dan masi sempetin masakin lo.
Jadi kalo lo pergi tanpa sarapan, pulangnya gue penggal pala lo jadi empat bagian!
Sedikit tertawa saat Ghea melihatnya.
Membayangkan bagaimana lucunya Rhea saat dia memasak sembari memakai roll rambut yang melekat di poni.
Tapi itu juga tidak kunjung membuatnya semangat. Dia sarapan hanya untuk menghargai Rhea yang sudah menyempatkan waktu untuk berbagi perhatian padanya. Sesuai dengan isi post it yang ditulis, dia tidak mau kepalanya terbelah jadi empat bagian.
Di luar, cuaca sedikit lebih cerah. Beda seperti kemarin-kemarin yang mendung dan berakhir gerimis jika menjelang sore. Semoga untuk hari ini, dirinya bisa merasakan udara cerah seharian penuh. Suntuk rasanya. Kalau hatinya sudah gundah dan cuaca mendung tidak ada gairah.
Ting!
Sasha: Ntar malem aku tidur di sana ya, bundaku udah kasi ijin
Itu pesan dari Sasha di sela-sela dia makan.
Ngomong-ngomong, semenjak kejadian itu mereka sudah seperti keluarga pada umumnya. Mereka berinteraksi layaknya adik-kakak yang sudah hidup bertahun-tahun lamanya. Sasha juga sering main ke rumah Ghea hanya untuk menghabiskan waktu bersama, juga sebaliknya. Bedanya, Ghea tidak pernah tidur di rumah Sasha hanya karena, tidak nyaman.
Alasannya selain karena dia tidak bisa tidur di tempat baru, tapi juga karena dia tidak nyaman jika terus melihat interaksi Sasha dengan Bundanya.
Rasanya, dia mau diposisi Sasha.
Dia mau memiliki ibu seperti Bunda yang bisa membagikan perhatiannya pada dia. Rasanya Ghea cemburu saat Sasha bisa menghabiskan waktu dengan Bunda kapanpun dia mau. Bahkan pada Papa pun, Ghea masih merasakan adanya jarak diantara keduanya. Meskipun dia sudah memaafkan Papa, namun ingatan-ingatan tentang perlakuan Papa masih tersimpan rapi di memori Ghea.
Sasha:
Ntar malem aku tidur disana ya, bundaku udah kasi ijin
Iyaa tapi kesini nya kalo aku udah kelar kelas
Ntar aku chat lagiOkay!
Senyum tipis mengembang di wajahnya. Setidaknya, meskipun hatinya sedikit kosong karena suatu hal, ada Sasha yang bisa membuatnya hangat.
Untuk sementara.
-
Jaket denim yang dipadukan dengan kaos putih, juga rambut yang dicepol asal adalah penampilannya pagi ini. Terkesan acak-acakan karena Ghea malas untuk memilih baju. Hanya yang bergantung dibelakang pintu yang menjadi pilihannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DINERO
Teen Fiction"Bahagia kok karena uang. Bahagia tuh kalo lo sama gue nikah." Cae; 2020