Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ghea yang merasa suara musiknya merendah akibat notifikasi berdecak kesal karena sedang enak-enaknya menikmati suasana, ada yang mengganggu. Ia melihat handphone nya, lalu mendongak mencari arah si pengirim.
"Woi, sini!" tangannya melambai pada Leo.
Lelaki itu mendekat lalu duduk di ayunan sebelah Ghea.
"Mau kemana?" tanyanya.
"Mau ketemu orang. Lo ngapain?"
"Bikin bakmi."
Leo terkekeh, gadis didepannya masih bisa menetralkan suasana, meski canggung masih menyerang.
"Nanti malem keluar yuk, udah lama. Kayanya lo kangen sama gue."
Leo menoleh dan mengangkat sebelah alisnya.
"Dih? Pd banget."
"Elah pake boong."
Mereka diam, dalam waktu beberapa menit.
"Gue mau ngomong sama lo. Tapi nanti aja. Masa pagi-pagi udah serius. Nanti gue seriusin lo baper."
Bah, pandai kali si panjul.
"Cewek gak boleh ngegombal."
"Boleh nya ngapain dong?"
"Nyenengin hati cowoknya."
"Emang cowok gue siapa?"
"Gue lah."
"Emang lo mau jadi cowok gue?"
"Enggak lah."
"Tai lah."
Mereka tertawa, lega.
Akhirnya kembali normal.
"Dah ah, lama-lama sama lo nanti ketularan senewen gue. Pergi dulu."
"Sok suci lo. Tiati!"
Leo menjawab dengan lambaian tangan.
Ghea menghela napas.
"Gila keren banget akting gue." gumamnya.
"Napa gue jadi deg-degan gini sih ketemu Ghea doang."