"Neng Ghea teh nanti mau nerusin kuliah dimana?" pertanyaan Mama Leo adalah pertanyaan yang selama ini masih belum bisa Ghea jawab. Karena dia sendiri juga belum memikirkan akan meneruskan studinya di kampus mana."Enggak tau deh Ma, aku juga masih bingung." sejak Diana meninggal, Yulia mengijinkan Ghea untuk memanggilnya Mama. Bahkan dulu ingin menjadikan anak angkat, tapi Rhea jelas menolak dengan alasan mereka sudah besar dan mampu hidup sendiri. Meski begitu, terkadang Yulia mengantarkan makanan atau bahan masak agar keduanya tidak terlalu buang-buang uang.
"Kamu masuk ke Kampusnya Aa' aja neng, nanti Fey juga kayanya mau mama kuliahin disana, kalau mau. Gimana?"
Yulia baik, murah hati, menjadi seorang Make Up Artis yang sering dicari orang sana sini. Semua orang baik padanya, bahkan dulu Tirta dan Fey juga sangat sayang pada wanita itu. Sampai kemudian uang merubah segalanya, menjauhkan Tirta, juga Fey anak gadisnya. Tirta yang pergi karena lelah, dan Fey yang salah paham berakhir marah sampai sekarang.
Sayang sekali, coba saja sekarang Diana masih ada, mungkin dia akan berbincang dengan Yulia.
Ghea iri dengan Leo dan sedikit marah dengan Fey, bisa-bisanya dia marah pada sosok ibu yang Ghea saja akan bersyukur berkali-kali jika mamanya tetap menemani sampai sekarang.
"Makasih ya ma? Mama udah perhatian banget. Aku pikirin lagi deh nanti, nggak masalah juga kalo sekampus sama Lele." Ucap Ghea, tangannya meraih garpu untuk memasukkan semangka kedalam mulutnya.
"Enggak papa atuh neng, kamu mah udah mama anggap anak sendiri. Nanti kalo kamu butuh apa-apa kamu tinggal bilang mama, ya? Nggak usah sungkan."
Ghea mengangguk sebagai jawaban. Jujur saja dia sungkan, mau bagaimanapun Yulia tetap bukan mama kandungnya. Tapi wanita itu menolongnya dan menganggapnya benar-benar seperti anak sendiri.
Ghea... Rindu mamanya.
"Loh? Kamu udah pulang nak? Hujan ya diluar? Sini tasnya kasi mama aja biar—" Ghea melihat dengan sangat jelas, ketika Mama akan meraih tas Fey yang sedikit basah, gadis itu menghempaskan dan menatap Mama dengan tatapan risih tidak suka.
"Ah... Fey bisa keringin sendiri ya... Emm nanti kalau sudah selesai kamu kesini ya, makan. Mama udah siapin—"
"Nggak laper." Sahutnya kemudian pergi meninggalkan Mama yang masih bergeming ditempatnya.
Potongan semangka yang hampir masuk ke mulut Ghea kembali lagi diletakkan dipiring. Kemudian ke dapur mengambil beberapa lauk dan nasi.
"Loh kamu laper neng? Kenapa nggak bilang mama aja tadi..."
"Ini bukan untung Ghea ma, Ghea udah kenyang tadi abis makan lontong sayur didepan."
"Terus itu untuk siapa? Aa' mah pulangnya masih nanti neng."
Dan Ghea menjawab dengan senyuman juga sentuhan pada lengan mama.
Dulu, sepeninggalnya Diana, Fey ikut terpukul. Pasalnya wanita paruh baya itu begitu baikkk dengannya. Kalau Fey merengek sedikit saja pasti langsung dibelikan, kadang Yulia sungkan karena apapun yang anaknya minta pasti dibelikan. Tapi Yulia bilang bahwa Fey ataupun Leo sudah dia anggap sebagai anak sendiri.
Sampai suatu berita mengejutkan Fey sekeluarga. Kematiannya tidak terduga, tiba-tiba dan mendadak. Menikam diri sendiri dihadapan sang suami. Fey ikut sedih meski sedihnya tidak ada apa-apanya dibanding Ghea maupun Rhea. Dua minggu setelah kepergian Diana, keluarga Tirta berencana untuk mengurus Rhea dan Ghea saat Abram sedang di luar kota atau sibuk dengan pekerjaan. Fey bahagia karena dia punya teman bermain cewek, apalagi dengan Ghea. Katanya dia asik, tidak seperti Leo yang kaku saat diajak main masak-masakan.
Tapi sekarang, kedekatan itu ikut menjauh bersama dengan kebencian Fey pada mamanya dan Leo. Padahal jika dipikir-pikir Ghea tidak salah apapun.
Kenapa gue jadi mikirin teh—
"Boleh masuk nggak?"
Ah sial, ada apa sih dia mengusik dunia Fey saat ini?
"Fey...? Aku teh—"
"Masuk aja."
Begitu Fey mempersilahkan Ghea masuk, gadis itu dengan cepat memalingkan wajah agar Ghea tidak melihat mata sembabnya.
"Lo tadi belom makan kan? Nih, mama udah siapin dari tadi."
"Gue nggak laper."
"Lo nggak bawa bekal, sarapan pun lo nggak pernah. Sekolah full day jangan gengsi mau makan. Nih,"
Fey menatapnya, "ngurusin hidup sendiri aja masih pake bantuan mama, sok-sok peduliin orang lain."
Wah cari mati, batin Ghea. Ia meletakkan piring di nakas sedikit kasar hingga menyebabkan suara sedikit keras.
"Yang penting mah gue gak pernah sia-siain nyokap. Apalagi sok ngambek bertahun-tahun." Dada Fey rasanya tertusuk puluhan jarum hingga membuatnya tidak dapat bernapas dengan normal.
"Kalo lo belom pernah ngerasain rasanya ditinggal nyokap selamanya, jangan pernah sok gak peduli sama kasih sayang yang dia kasi buat lo. Anjaay puitis. Dah ah gue keluar, dimakan tuh."
Setelah Ghea menutup pintu, baru gadis itu menatap sepiring nasi dan lauk di meja nakas.
KAMU SEDANG MEMBACA
DINERO
Teen Fiction"Bahagia kok karena uang. Bahagia tuh kalo lo sama gue nikah." Cae; 2020