"Hai, kenalin, nama kakak Gheavanni, adik-adik bisa panggil kak Ghea yaa... Salam kenal semuanya!"
Sebuah kata pembukaan singkat dan terdengar menyenangkan terdengar di seluruh ruangan minimalis itu. Jumlah anaknya kurang lebih 15-20 anak dengan empat orang laki-laki dan satu perempuan dewasa, yaitu Ghea sendiri.
"Kakak aku boleh tanya gak?" salah seorang anak laki-laki berkulit tan bertanya, "iya apa?"
"Rambut kakak kok kaya gula kapas ya?" pertanyaan bocah itu membuat beberapa orang yang mendengarnya tertawa.
"Ini namanya dikasi cat warna." jawab Ghea diiringi senyuman.
"Emang keren ya kak?"
"Mewarnai rambut itu bukan karena keren atau cantik, tapi karena seni."
"Emang ngecat rambut juga seni kak?"
"Oh iya dong. Seni itu datangnya dari mana aja. Ya termasuk mewarnai rambut. Tapi kalau kamu masih kecil jangan ya. Soalnya rambut juga butuh nutrisi. Kalau rambut kamu gampang rapuh dan gak kuat, mending jangan ya. Rambut hitam itu bagus kok."
Semuanya diam, termasuk Natta dan Arez yang bertatapan.
"Pilihan lo bagus juga." bisik Natta pada Arez.
"Okay... Adik-adik semua, sekarang sesi perkenalannya sudah selesai ya, nanti kalau ada yang mau kenalan sama kak Ghea bisa sambil latihan. Dan sekarang kita mulai aja ya biar pulangnya gak terlalu malam. Yang latihan ukulele bisa sama kak Han di teras depan, piano dengan kak Felix di belakang, bass sama kak Arez dan untuk yang latihan dasar sama kak Ghea dulu ya... Sisa nya latihan sama kak Natta untuk main gitar sama siapin perform mini untuk minggu depan. Gimana? Siap?" Natta berbicara dengan sangat ramah.
"Siap!"
"Okee, semuanya bisa ke tempat masing-masing."
Semua anak sudah berpencar mencari tempat mereka masing-masing.
Ghea duduk di kursi ruang tengah. Bersama dengan anak berumur acak yang baru belajar alat musik kunci dasar.
"Oke.. Kita mulai ya."
Dan Ghea dengan luwesnya mengajarkan anak-anak tersebut. Beberapa kali tertawa karena celetukan mereka yang mengundang gelak tawa, guyonan sederhana yang mengingatkan Ghea akan masa kecilnya.
Semua itu membuat Ghea bahagia. Interaksinya dengan anak-anak selalu membuatnya terhibur.
Musik, anak-anak, dan seni adalah sebuah kombinasi sempurna yang mengundang datangnya kebahagiaan dalam hidupnya.
Tiga hal penting yang mendorongnya hidup sampai berusia 20 tahun.
-
"Kak Ghea terimakasih ya... Tadi aku agak takut kalo diajarin sama bang Natta, bang Arez dan yang lain."
"Loh kenapa?"
"Aku takut.... Laki-laki." gadis kecil itu tertunduk. "Papa aku udah gak ada, dia udah ninggalin aku waktu aku lahir. Kakak aku cewek, dan mama... Nikah sama laki-laki yang aku gak kenal. Kakak aku aja sampe gak mau nyapa papaku yang baru. Mungkin sama takutnya kaya aku."
Ghea tersenyum, "Itu namanya kamu belum terbiasa. Mungkin kalau kamu buka hati dan kasi kesempatan papa baru kamu, kamu akan merasa kalau laki-laki itu penting. Di hidup kamu, kamu juga butuh cowok. Buat ngangkat galon, benerin gas, benerin genteng bocor, dan yang paling penting, cowok itu selalu di ciptakan untuk jadi pelindung perempuan. Jadi, gak semua cowok itu membahayakan kok. Kamu paham kan?"
Gadis itu mengangguk, "Aku bakal selalu sayang sama papa baru aku. Doain ya kak! Semoga papa baru aku baik, dan gak jahat. Amin."
"Amin."

KAMU SEDANG MEMBACA
DINERO
Teen Fiction"Bahagia kok karena uang. Bahagia tuh kalo lo sama gue nikah." Cae; 2020