"Jemput gue dong!""Males."
"Gue beliin chattime."
"Otw sayang."
Tut.
Gampang banget bujuk Leo, memang dasarnya suka kelayapan sih, jadi kalau disuruh antar atau jemput pasti suka, sekalian main biasanya.
Ghea dan Leo itu satu kompleks, hanya berbeda blok saja. Beda umur satu bulan, tapi Leo sekolah lebih dulu dari Ghea, makanya sekarang Leo sudah lulus dan kuliah, tapi Ghea masih menetap di SMA. Sama-sama punya band, bedanya Leo jadi gitaris dan Ghea jadi vokalis. Band mereka juga kadang collab. Bikin lagu atau meng-cover lagu yang kemudian di upload di Youtube. Lumayan banyak sih penggemarnya, apalagi Leo ciwi-ciwinya udah memenuhi antariksa. Kalau Ghea kebanyakan cowok-cowok dari sekolah sebelah.
"Pacar lo mana Ghe?" Eden bersuara. "Pacar dari Hongkong! Buluk modelan Leo mah ogah."
"Nggak ada orang buluk punya ciwi-ciwi sampe tumpah-tumpah begitu." Gendis menyahut.
"Tck apasih! Cuma temenan dari jaman gue masih pake daleman doang sampe sekarang udah tau malu, bukan berarti gue pacaran. Lagipula kan dia udah punya pacar."
"Dan lo selingkuhannya." Olin menyahut, membuat Ghea semakin jengkel akan keempat temannya yang suka menjodohkan dia dengan Leo.
"Kak Leo ganteng tau, apalagi Iyan." Echa, gadis yang paling muda diantaranya menimpali dengan kedua tangan dikatupkan di dada dengan mata berbinar.
"YAUDAH SOK DIAMBIL!"
Semua tertawa. Melihat Ghea jengkel dan Echa yang tidak hentinya memuja lelaki bernama Kenaru Narayana, atau biasa dipanggil Iyan.
Drrtt... Drrtt...
"Apa?"
"Udah sampe sayang."
"Mana sih?" Ghea celingukan mencari sosok Leo yang katanya sudah sampai. Ternyata dia ada dipojok gerbang sebelah utara. "Pantesan nggak keliatan." Ya bagaimana kelihatan? Leo saja berdiri diantara siswi-siswi yang lagi nggerombol mau pulang sekolah."Gue duluan ya!" Pamitnya pada Eden, Echa, Gendis dan Olin yang masih menunggu jemputan bucinnya.
"SAMPEIN SALAMKU KE KAKAK KENARU TERSAYANG YA GHEA!" Seruan Echa berhasil membuat Leo menoleh dan tertawa.
"Malu anjing.""Besok anterin gue rekaman ya, kayanya sih malem." Ghea bersuara setelah sekian lama bungkam.
Leo menoleh, "Jam berapa?"
"Sebelas."
"Kok malem? Sutradara lo nggak kenal waktu banget?"
"Kak Jeje bisanya malem, soalnya kalo siang dia ada kelas penuh banget sampe sore. Kalo pagi juga nggak mungkin."
Bukannya mengiyakan, alis Leo malah dibuat mengkerut, "Tapikan-"
"Dia tau lo bakal nganterin."
Buset?
"Kalo gue nggak mau?"
Ghea menoleh, menatap Leo dengan tatapan sulit diartikan. "Ya berangkat sendiri."
Mata Leo membulat dibuatnya, "IYA MAU!"
Untuk urusan antar jemput sudah dikatakan dari awal bahwa Leo tidak bisa menolak, apalagi soal cewek. Tiga orang yang selalu Leo lindungi adalah mamanya, kedua adiknya, dan yang terakhir sudah pasti Ghea. Gadis itu sih jarang meminta, jarang pula ijin kesana-kemari pada Leo, tapi lelaki itu selalu tau Ghea akan kemana. Walaupun sering ditolak dan selalu berbeda pendapat, mereka akan berakhir saling mengiyakan.
"Lah kemana heh?!"
Bukannya menjawab Leo tetap mengemudi dengan senyum sedikit terukir. Apasih? Sok misterius.
Ghea sih cuek-cuek aja tidak masalah juga mau dibawa kemanapun asal bukan ke tempat yang aneh-aneh. Tapi, hari ini Ghea capek sekali untuk mengantar lelaki rempong itu berbelanja. Iya belanja. Bukan Ghea yang gemar membeli ini itu karena dia cewek, tapi Leo lah yang sering menghabiskan uang untuk membeli hoodie ini lah itu lah, sampai Ghea sendiri tidak habis pikir.
"Awas ya lo beli hoodie lagi."
"Lah? Bukannya lo tadi mau beliin gue chattime?"
Plak!
Cewek itu menepuk jidatnya, "sialan. Lupa gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
DINERO
Teen Fiction"Bahagia kok karena uang. Bahagia tuh kalo lo sama gue nikah." Cae; 2020