Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Malam sabtu, biasanya digunakan orang-orang untuk beristirahat atau malah pergi jalan-jalan. Tapi hal itu tidak berlaku bagi Kaluna Arhea yang baru saja pulang dari pekerjaannya. Sudah pukul setengah sepuluh malam, dia baru saja turun dari motor abang-abang Grab saat melihat sebuah motor yang ia yakini milik Leo. Batinnya lega saat tau Ghea tidak sendirian dirumah. Tapi hatinya mencelos begitu mendengar suara gaduh yang bersumber dari rumahnya.
Segera ia berlari dan tepat di pintu, dia berhenti, kaget dengan eksistensi seorang lelaki yang bahkan hampir tidak ada lagi di memorinya. Lelaki itu bersama dengan seorang gadis dan satu lagi cowok di sofa.
"....Nanti ada saatnya papa ngerasain hasil kerja Ghea pa! Kalo papa bandingin sama teteh jelas beda! Teteh masih belum dapat kerjaan karena dia memilih untuk nggak kerja disini, sedangkan di Malaysia masih belum ada yang cocok! Papa pernah gak mikir kayak gitu?!"
"Yang papa pikirin cuma uang, perusahaan, uang, perusahaan. Makanya mama sampai nggak mau lagi hidup sama papa. Kasih sayang papa cuma buat uang! Sama jalang—"
Plak!
"GHEA!"
"PAPA!" Dengan letih yang masih enggan pergi, Rhea berlari kearah adiknya yang sedang tersungkur dilantai. Kemudian membantunya berdiri dan menyuruh Leo untuk membawanya pergi.
"P-papa, n-nggak sengaja..." Suaranya parau, tangannya masih bergetar dengan permukaan sedikit memerah. Rhea bisa membayangkan bagaimana kerasnya tamparan Abram pada adiknya.
"Satu hal yang aku, Ghea dan mungkin mama benci adalah, papa nggak pernah bisa ngatur emosi. Sekalinya marah papa pasti main kasar. Asal papa tau, hal itu nggak akan pernah nyelesein masalah pa." Ucapnya ditengah keheningan.
Ekspresinya datar, tapi ucapannya cukup menyakitkan. Abram mengangguk, kemudian diambilnya bingkisan yang tadi digunakan untuk meluapkan emosi, lalu memberikannya pada anak sulungnya.
"Ghea... Suka sekali pisang bollen, ini ambil, dan maaf ya... Papa... Pamit dulu."
Yang suka pisang bollen itu aku pa, bukan Ghea.
Rhea mengangguk, "lain kali papa kalau kesini bilang teteh dulu." Abram mengangguk lalu pamit. Kaki lelahnya menuntun keluar seiring dengan hembusan napasnya yang kian memberat. Abram menengok sebentar, kemudian tersenyum samar lalu eksistensinya tidak lagi terlihat. Rhea menghela napas sembari melihat kotak pisang bollen yang Abram berikan.
Di suatu tempat, dua buah ayunan bergerak, yang satunya sedikit melambat karena yang menempatinya sedikit tidak punya tenaga untuk sekadar menggerakkannya. Kepalanya tertunduk, rambut hitam sebahunya sedikit menutupi wajah lesunya dari eksistensi seorang Leo yang sudah hampir sepuluh menit menatapnya.
"Gue... Minta maaf ya, gara-gara gue... Lo—"
"Bentar." Oke, ucapan dari gadis didepannya berhasil membuat Leo tersentak, pasalnya, Ghea tidak pernah seperti itu sebelumnya. Mungkin gadis itu butuh waktu, sampai hatinya mendorong untuk kembali berbicara
Helaan napas keluar dari mulut Leo. Dia mengerti situasi yang Ghea alami, tapi, Leo juga ingin dengar cerita langsung dari cewek disampingnya. Dia tau keberadaannya disalahkan karena mungkin membawa dampak negatif untuk Ghea, pikirannya mencerna demikian karena sedikit menguping perdebatan Ghea dengan Abram tadi. Tapi, Leo juga tidak sepenuhnya salah, karena bukan Leo yang mengenalkan dunia seperti alkohol, rokok, dan band kepada Ghea, tapi dia sendiri yang masuk, bahkan tanpa sepengetahuan dari Leo.
Sedikit marah sih ke Abram, enak-enaknya menyalahkan orang, tapi di satu sisi dia juga salah, sudah tau yang dilakukan Ghea salah tetap saja dibiarkan.
"Maaf ya Le, keluarga gue malu-maluin. Maaf banget, gue gak tau Papa bakal pulang hari ini. Dan... Untuk perkataan dia tadi, tolong jangan dipikirin ya? Tolong lupain."
"Juga, makasih udah temenin gue, pasti malesin banget." Ucapnya sedikit bergetar. Kemudian dia berdiri sedangkan Leo masih membeku ditempat. "Gue... Pulang dulu ya?"
Sampai eksistensi Ghea tidak lagi di sisinya, Leo masih saja membeku, dia termenung. Tidak mengejar karena dia tau Ghea butuh untuk sendiri.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.