frustrated

174 37 2
                                    










"Lo apain Ghea?"

Satu hal yang sudah Ghea tau sejak awal. Yaitu kehadiran Leo seorang diri setelah saat dia dan Arez turun dari gedung. Leo terlalu mudah di tebak, kelakuannya terbaca, juga kekhawatirannya. Jadi sekarang, yang Ghea takutkan adalah tentang hal selanjutnya.

Arez tampak membuang muka, "Udah, lo gak usah sok jagoan. Kenyataannya tuan putri lo gak kenapa-kenapa."

"Gak usah sok baik. Lo tetap jadi Arez yang berengsek di mata gue."

"Di mata lo doang kan? Gak di mata Ghea, ya kan, Yang?" Panggilan yang berhasil membuat Ghea dan Leo sontak mendelik. Leo yang geram, dan Ghea yang tidak tahu apa-apa. Sebab pertanyaan Arez di gedung masih tetap menjadi pertanyaan yang belum terjawab.

Ghea takut, semuanya tentang Arez terlalu menakutkan untuk di percaya. Terlebih ketika laki-laki itu mulai selangkah lebih dekat dengannya.

"Ghea pulang." Sudah menjadi kebiasaan saat Leo memanggilnya, maka dia akan datang. Dan begitu dia akan menghampiri Leo, tangannya Arez menahannya lalu ditariknya ke belakang.

"Hari ini kita official, jangan merusak momen."

Ghea mendongak, tidak percaya dengan apa yang baru saja Arez katakan. Dia takut, kedua laki-laki didepannya saling mengeraskan rahang seolah sebentar lagi siap mempertaruhkan tenaga.

"Ghea sama gu--"

"Gue sama Leo."

Baik Arez dan Leo, mereka sama-sama menoleh pada Ghea yang ketakutan di belakang.

"H-hari ini kita udah puas jalan-jalannya. Sekarang, gue mau pulang." Mungkin untuk sejenak, dia tidak mau menatap wajah penuh murka yang Arez tunjukkan.

Arez terkekeh, "Terserah, asal besok lo harus sama gue." Laki-laki itu tersenyum, kemudian menatap Leo. "Nih, cantik lo gue balikin. Gak usah garang-garang gitu kali. Gak serem sama sakali."

Gemerlap bintang dan sunyi nya malam menjadi saksi dimana saat itu punggung penuh misteri milik Arez menjauh dan meninggalkan mereka berdua di sana.

Dan untuk selanjutnya, Ghea tahu, kata-kata apa yang terlontar dari mulut Leo dan tindakannya nanti. Dia tidak tahu apakah keputusannya benar atau justru salah. Didepan Arez dia hanyalah gadis biasa yang tiba-tiba tidak bisa melakukan apa-apa.

-

Hari ini genap tiga hari Ghea sama sekali tidak bertemu dengan Leo. Ya... Dia sudah menebaknya. Selain memarahinya, cara lain untuk menghukum Ghea adalah dengan mendiaminya. Ya tidak berpengaruh sangat penting sih, tapi Ghea jadi tidak tenang. Laki-laki itu bahkan enggan bertegur sapa dengannya saat tidak sengaja berpapasan. Atau saat berkumpul dengan yang lain, Leo hanya diam dan hanya merespon seperlunya.

Ghea super bingung!

Dia bahkan belum memberi penjelasan apapun dan tidak bisa membela dirinya sendiri. Setelah pulang dari malam itu, Leo tidak mengatakan apapun. Bahkan selama di perjalanan, hanya suara deru motor yang meramaikan telinga mereka. Tidak ada gurauan, tidak ada kata basa-basi, tidak ada umpatan.

Tapi dia juga tidak bisa protes, karena ini memang sepenuhnya salahnya karena tidak mendengarkan apa yang Leo dan Iyan katakan. Dia masih bersikukuh meyakinkan bahwa Arez tidak berbahaya. Tapi begitu malam itu tiba, rasanya Ghea mau melompat saja dari atas gedung. Karena sungguh! Ares seolah hampir saja menunjukkan sifat aslinya.

"ARGGGHH!!!"

Ghea frustasi. Dia mengacak rambutnya dan menelungkupkan kepalanya di atas lengannya yang terlipat.

DINEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang