the truth

246 43 6
                                    

Bukan sebuah kejutan lagi bagi Mama dan Leo mengetahui Fey pulang dengan keadaan berantakan. Tapi untuk kali ini, cukup sembrono.

Fey tipikal cewek feminim, selalu mengedepankan penampilan. Tidak mau terlihat berantakan sedikit pun saat keluar. Tapi yang sekarang, Fey jauh dari kata rapih.

"Dek... Kamu kenapa?"

Diam.

Masih seperti biasanya. Menghiraukan orang-orang di rumah yang memberinya perhatian.

Pulang dengan keadaan basah kuyup dan rambut yang dipotong asal, membuatnya lebih dan sangat menyeramkan.

Mama diam, masih terpaku ditempat sembari menutup bibirnya dengan tangan. Tidak percaya dengan kondisi anaknya sekarang.

Ia mau menghampiri, tapi di tahan oleh seseorang.

"Nanti aja ma, Fey masih butuh sendiri."

Leo menenangkan. Tapi tetap hatinya tegang.

Melihat kondisi adiknya begitu menyedihkan, sudah pasti kondisi hatinya pun sedang tidak baik-baik saja.

Tapi ia mencoba sabar, tidak mungkin Fey baru datang sudah diserang dengan pertanyaan-pertanyaan yang menurutnya mengganggu. Yang ada nanti ia akan memperparah keadaan.




















Pukul satu dini hari, Leo berjalan mendekat pada sebuah ruangan di ujung ruangan.

Membukanya perlahan agar seseorang yang terlelap dibalik selimut tidak terbangun. Leo menutup pintunya perlahan lalu mendekat menuju ranjang dimana Fey sedang tertidur memunggunginya dengan selimut yang menutupi hampir seluruh tubuh.

Ia duduk di pinggir ranjang.

"Maaf abang masuk tiba-tiba. Nggak sopan ya?"

Leo menghela napas.

"Bukannya bermaksud apa-apa tapi, abang takut kamu kenapa-napa. Pulang tadi kamu kacau banget, bahkan lebih kacau dari biasanya. Abang kenal banget sama kamu, kamu benci rambut pendek. Tapi rambut kamu sekarang pendeknya melebihi bahu."

"Aku nggak tahu teman dekat kamu siapa, aku juga nggak kenal. Makanya aku nggak bisa nanyain masalah kamu ke siapapun."

"Kalau ada masalah, abang siap badan untuk jadi apapun yang kamu mau. Inget kamu punya abang, punya mama. Jadi jangan pernah merasa sendirian. Kita selalu ada buat kamu."

Leo berbalik, mengelus surai gadis didepannya, lalu menciumnya singkat.

"Wangi. Shampo nya tetep dari dulu."

Leo tersenyum, "abang tinggal dulu ya. Mimpi Indah."

Leo pergi, lalu menutup pintunya perlahan. Meninggalkan Fey yang sedari tadi menahan tangis.

Fey bangun, terduduk dan menekuk lututnya. Ia menggigit bibir bawahnya berusaha menahan tangis. Tapi air matanya sudah berjatuhan membuatnya tertunduk lalu menenggelamkan wajahnya di sela-sela lutut.

Harusnya ia bercerita pada orang-orang yang disayangi.

Bahkan Frana tidak ada saat dirinya jadi sasaran Ratya cs.

Frana adalah gadis cantik dan feminim yang selalu mengajaknya keluar kesana-kemari demi mengejar hiburan dan menghabiskan uang. Dia selalu ada saat dia menghampiri club malam, tapi Frana tidak ada saat dia selalu ada masalah.

Fey semakin bersalah.

Ia merasa bodoh saat ia memilih dunia nya daripada keluarga yang selalu mencintainya dengan tulus.

DINEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang