Sudah tiga bulan sejak kejadian di Bar malam itu. Ghea dan Leo juga sudah baikan, bahkan sudah saling menempel. Meski karir keduanya terus melonjak naik, keduanya masih punya banyak waktu luang untuk main bersama. Bahkan saking asiknya sampai tidak sadar Ghea sudah mau lulus SMA.Gadis itu kini sudah rapi memakai seragam. Rambutnya pun rapi tidak acak-acakan, menambah kesan cantik yang tidak mudah untuk dilupakan. Gadis itu tentu bersama dengan Eden dan kawan-kawan. Asik foto untuk dijadikan kenangan.
Koridor yang biasanya sepi dan hanya berisikan loker siswa, kini ramai dipenuhi oleh wali juga siswa yang sedang mengabadikan momen. Ghea duduk di kursi sebelah pintu, nomor dua dari depan, tidak menghiraukan keramaian kelas yang sudah jelas akan terdengar sampai ujung lorong jika saja sekolah sepi.
Saat mengotak-atik ponselnya, Ghea merasa pundaknya ditepuk seseorang.
"Hai?"
"Brian?!" Lalu mereka berpelukan, Brian duduk disamping Ghea lalu berbagi cerita.
Brian adalah orang pertama yang berani ngobrol sama Ghea waktu pertama kali masuk kelas semester awal, karena belum apa-apa gadis itu sudah ditakuti siswa karena tampangnya yang jutek dan tidak memberi kesan menyenangkan. Padahal jika sudah kenal dia berubah menjadi cewek paling asik dan barbar. Sikapnya tidak jauh berbeda dengan cowok. Tapi bedanya Ghea masih berakhlak, tidak dengan lelaki buaya dikelasnya.
Cara Brian waktu itu hanya sekedar memberi print out jadwal mapel kepada Ghea, yang lain tidak mau karena takut kena sembur. Padahal Ghea hanya sekedar menerima dan bilang terimakasih. Kemudian ketika Brian bercerita bahwa Ghea tidak semenakutkan itu kepada seluruh siswa dikelas, barulah dia mendapat teman. Khususnya Eden dan kawan-kawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DINERO
Roman pour Adolescents"Bahagia kok karena uang. Bahagia tuh kalo lo sama gue nikah." Cae; 2020