Langkah kakinya melewati sebuah gerbang tinggi menjulang saat seseorang menarik perhatiannya.
Di sana ada seorang pelajar yang diantarkan kakak laki-lakinya. Mereka seperti dua orang yang menjalin hubungan, begitu mesra.
Saat si gadis masuk dan melambai ke kakak laki-lakinya, dua orang temannya menghampiri.
"Kakak lo baik banget deh, ih iri gue."
"Iya, abang gue mah nyebelin. Mana mau nganter gue sampe depan gerbang gini. Paling radius beberapa meter dari gerbang gue udah suruh turun."
"Tadi mama yang nyuruh soalnya mama nggak bisa nganter aku."
"Ih mama gue boro-boro, gue baru bangun aja udah nggak ada."
"Iya beruntung banget Rere."
Ada rasa iri di sisi hatinya. Melihat teman-temannya mendapatkan kasih sayang lebih dari orang-orang yang disayang. Sebenarnya Fey mendapatkan itu semua, dia masih melihat mamanya menyiapkan makanan saat ia akan berangkat, dia pernah diantar sekolah bersama kakaknya. Tapi itu dulu. Benar-benar hal yang kuno bagi Fey.
Fey sudah dibutakan oleh kemarahan. Kesalah-pahaman yang tidak kunjung dijelaskan membuat Fey harus mengartikan sendiri. Dia sayang dengan keluarganya terlebih papa, tapi begitu pertengkaran hebat malam itu, ia jadi murka. Ia benci dengan mamanya yang menampar serta melempar pigura ke muka papanya hingga menimbulkan luka.
Dan di sana Fey juga melihat bagaimana kakaknya yang selalu dikenal sebagai sosok yang baik, membentak dan mengusir papa hingga membuat sang ayah pergi meninggalkan sampai detik ini.
Dulu ada pesan yang dikirim papanya lewat E-mail bahwa ia tak perlu pusing akan uang jajan. Karena papa akan diam-diam mengirimnya. Beberapa bulan memang papa selalu memberinya uang yang cukup untuk makan dan kebutuhan lainnya. Tapi semakin lama, Papa paham akan kondisi ekonominya yang kian menurun. Berhenti memikirkan anak gadisnya dan fokus pada hidup barunya.
Mama yang sudah mengerti papa diam-diam mengiriminya uang lantas marah. Dipikir ia tidak bisa mencukupi kebutuhan kedua anaknya sampai-sampai harus dibantu meski keduanya sudah berpisah? Enak saja. Pikirnya waktu itu.
Mama tidak mau dianggap lemah hanya karena kehilangan sosok yang berharga dalam hidupnya. Mama harus kuat dan bekerja keras untuk keluarganya. Bisnis online shop, katering, menjadi pelayan di kedai makan milik sahabatnya dan lain-lain.
Sampai Leo mengetahui itu dan meminta penjelasan. Sampai ia merasa iba akan mamanya yang sampai keriput dan tangannya mulai kasar. Menjadi MUA bukan hal yang cukup untuk hidupnya. Mama harus benar-benar melebihi dari mantan suaminya.
Sialnya, Fey tidak tahu semua itu.
Hanya karena perkataan Ghea waktu itu, ia berpikir. Apakah selama ini ia menolak kasih sayang mereka hanya karena ke-egoisannya? Apakah selama ini ia berusaha membangun tembok yang kokoh agar kedua keluarganya tidak menerobos masuk? Apakah selama ini ia menjadi sosok yang tidak tahu diri?
Kalau iya, Fey benar-benar ingin tenggelam ke perut bumi saking malunya.
"Fey!!"
Fey terkejut, "tck apasih!"
"Yee santai aja kali!"
"Lagian lo itu manggil apa mau ngelabrak orang?"
Cewek cantik disebelahnya lantas terkekeh.
"Oh iya, nanti malem clubbing lagi yuk? Mumpung besok sabtu. Gimana? Kalau iya gue ajak sekalian si Jeje sama Dino, biar rame. Mau nggak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DINERO
Genç Kurgu"Bahagia kok karena uang. Bahagia tuh kalo lo sama gue nikah." Cae; 2020