Part 27: Meminta Maaf

365 27 10
                                    

Hai, jangan lupa tinggalkan jejaknya kalau suka sama part ini
Happy reading💛

Author Pov

Seorang laki-laki tidak ada henti-hentinya memukuli benda yang ada di depannya. Deru napasnya terus menggebu dan semakin lama ia semakin mempercepat pukulannya, melampiaskan semua rasa emosi yang ada di benak hatinya kepada samsak tersebut.

Sedangkan di samping kanannya terdapat soffa panjang yang kini diduduki tiga human— sedang menonton laki-laki itu sembari memakan popcorn masing-masing dengan meletakkan kedua kakinya di atas meja.  Dikira lagi nobar filem bioskop kali ah. Tetap santuy ya bwang.

"Dua jam," celetuk Eza sembari melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

Cakra menghela napas," woy Lon! udahan mukulnya napa. Pantat gue bisa ambeian ini kelamaan duduk."

Delon tidak menggubris, lelaki itu terus melakukan aksinya dengan sarkas tanpa rasa lelah walaupun sedari keringat terus membasahi sekujur tubuhnya.

"Anjir, dia yang mukul dari tadi, gue yang capek ngeliatinnya,"kata Eza memperhatikan Delon.

"Hai, capek ya? Sama gue juga," timpal Evan.

"Berisik!"desis Delon lantas memberhentikan pukulannya lalu mengembuskan napas berat. "Kalian nggak tau apa yang lagi gue rasain sekarang,"lanjutnya.

Evan berdiri menghampiri Delon," Gimana kita mau tau, kalau dari tadi aja lo nggak cerita apa-apa sama kita," ucap Evan sembari bersedakep, menyenderkan tubuhnya ditembok.

Delon mengambil air minumnya di atas meja lalu langsung menegaknya." Bokap nyuruh gue untuk memutuskan hubungan dengan Pamela," ujar Delon bercerita sembari duduk di samping Eza."tapi gue nggak bisa. Gue cinta sama dia. Dua tahun bersama dan sekarang gue mau melepaskan dia begitu saja?" Delon terkekeh pelan."Nggak semudah itu."lanjutnya

"Tunggu, emang alasannya apa Om Pradana nyuruh lo seperti itu?" sahut Eza.

"Ya karena masalah lalu bokap sama bokapnya Pamela." Suara Delon terdengar bergetar, nampak masih ada  alasan fakta lain, tapi tidak mungkin dia mengatakannya.

"Soal apa ya? Gue lupa. Oh iya yang bokapnya Pamela masuk penjara itu kan? karena korupsi di perusahaan bokap lo?" Delon mengangguk.

"Menurut gue sih wajar bokap lo nyuruh lo putus sama Pamela. Mereka kan sempat ada masalah jadi nggak mungkin bokap lo mau ada hubungan lagi. Apalagi Pamela itu anaknya," sahut Eza.

"Halah, bilang aja lo seneng Delon jadi jomlo,"tukas Cakra menimbrung."Jadinya kribo jomlo nggak sendirian."

"Bangke lo Cicak! nggak gitu juga kali," balas Eza sinis pada Cakra. "Evan juga jomlo tuh." lanjutnya sembari menunjuk Evan menggunakan dagu. Evan hanya mengedikkan bahunya acuh.

"Tapi kan Evan bentar lagi jadian sama Anjani," celetuk Cakra seenak jidat." Hayo mampus lo kribo jomlo sendirian. Hahaha,"lanjutnya mengejek.

"Kok gue jadi kepikiran sama Anjani." Batin Delon.

"Gue doain lo putus sama Mila, ya Anjeng! Aamiin."sengit Eza dan keduanya saling tatap muka dengan sengit.

"Sans Za. Gue masih tetep jomlo sampe Tuhan ngasih gue jodoh pada waktu yang tepat," timpal Evan bijak. Cakra menoleh.

"Gimana sih lo? kemarin aja sok manis sama Anjani. Nyuapin dia. Bilang mau ta'arufin. Sekarang beda lagi. Niat serius nggak sih lo?" Protes Cakra pada Evan tidak terima.

"Ini nih salah contoh human otaknya di mata kaki. Gue nyari jodoh nggak terburu-buru kaya lo. Ingat, siapapun seseorang yang saat ini sedang bersama mu, belum tentu dia jodohmu di masa depan. Terkadang Tuhan hanya mempertemukan bukan menyatukan. " Ujar Evan Savage. "Cara apapun semesta ingin memisahkan kalian, kalau kalian berjodoh pasti akan kembali dan begitupun sebaliknya."

Marriage With DelonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang