Nara marah, kecewa, senang, semuanya ia rasakan saat ini, kepalanya terasa mau meledak. Ayah dan ibunya benar-benar berpisah, ia telah resmi menjadi anak broken home, harusnya Nara bahagia karena ia tidak akan bersusah payah mendengarkan semua ocehan ibu masalah ayahnya yang kerap kali berselingkuh.Nara harusnya senang, mulai sekarang ia tak akan mendengarkan adanya keributan akibat pertengkaran dari kedua orang itu. Tapi entah kenapa amarah dan benci itu lebih mendominasi, Nara membebci ayahnya yang hanya bisa menyakiti ia dan ibunya.
Untuk menenangkan fikirannya malam ini Nara memutuskan untuk pergi ke bar. Nara pergi dari rumah sejak siang, siangnya ia pergi nongkrong ke kafe dan malamnya ia pergi ke kelab. Sebelum pergi Abimana belum pulang jadi ia tidak perlu berdebat dulu, Athala sempat mengungkapkan kekecewaannya pada Nara karena tidak datang ke sekolahnya kemarin tapi Nara tidak perduli ia bahkan pergi meninggalkan Athala yang sedang menangis tanpa menenangkannya terlebih dahulu. Terlalu jahat memang.
Hiruk pikuk bar tak juga membuat Nara bisa melupakan masalahnya. Padahal ia sudah meminum lebih dari lima gelas, dari yang harganya lumayan sampai benar-benar mahal, menguras uang Abi untuk bersenang-senang.
Dan kini Nara sudah benar-benar mabuk, Nara ikut berjoget saat lagu wort it dijadiin Dj oleh seorang perempuan berdada besar di sebrang sana. Felic—perempuan yang Nara ketahui baru melahirkan anak pertamanya beberapa bulan lalu.
Nara kemudian tertawa dengan air mata yang turun deras, sampai tidak menyadari bahwa ada seorang lelaki seumurannya yang sudah duduk di dekatnya.
"Hay cantik." lekaki itu merangkul Nara. Mereka sama-sama mabuk.
"Sialan. Lepas." disisa-sisa kesadarannya Nara mengumpat tak suka ketika dia disentuh oleh lelaki.
"Jangan nolak. Kita happy-happy," katanya.
"Mikel!" teriak seseorang berlari melepaskan rangkulan lelaki tadi pada pundak Nara.
"Kamu kalau marahan sama cewek kamu ya nggak gini juga dong. Nyusahin aja," gerutu lelaki tersebut.
Nara menyipitkan matanya. Ia menatap tak minta pada laki-laki tampan yang berhasil menjauhkannya dari lelaki dedemit tadi. Sudah Nara bilang kan, semua lekaki itu sama, bisanya hanya bisa menyakiti perempuan.
"Maafin teman saya ya."
Nara tak membalas, ia mengibaskan tangannya memerintahkan agar kedua lelaki itu segera menjauh pergi dari pandangannya.
"Aarrgh, brengsek!" pekik Nara mengacak rambutnya.
"ALISHA AYANARA!" pekik Abimana.
Dengan tangan mengepal, Abimana berjalan ditemani kedua bodyguard yang selalu siap siaga di belakangnya.
Abimana mendengus, dengan rahang yang sudah mengetat. Ia memeluk Nara, jasnya sudah ia lepaskan dan ia pakaikan pada Nara, guna membantu pakaian kurang bahannya agar lebih tertutup.
Sedari tadi Abimana sudah geram. Ingin sekali ia meninju wajah-wajah lelaki hidung belang yang terus menatap paha dan dada Nara secara bergantian. Abimana tidak suka! Sungguh, ia tidak rela berbagi. Baginya apa yang sudah menjadi miliknya tidak boleh disentuh orang lain.
"Siapa yang mengajakmu pergi ke tempat haram seperti ini?" geram Abimana.
"Iiih lepasin. Om tua nyebelin." dengan sisa tenaga Nara mengeplak wajah Abimana sedikit keras.
Abimana mendengus, sepertinya istrinya ini benar-benar mabuk. Ia membawa Nara pergi dengan cara menggendongnya.
"Aaa, aku nggak mau pulang," racau Nara ketika Abimana memasukkan ke dalam mobil.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Mr. Segal [END]
RomanceSegal series 1 Tampan, mapan, berwawasan sepertinya julukan yang patut diberikan pada seorang Abimana Segal, seorang presdir di Segal group. Kegilaannya pada pekerjaan membuat Abimana tidak pernah lagi memikirkan pernikahan, jangankan pernikahan, un...