Nara benar-benar semakin menutup diri dengan yang namanya dunia luar mengingat karena kecerobohannya yang mengakibatkan dirinya yang hampir celaka.
Ketika Nara sedang sibuk menatap ponselnya ia menutup mulut melihat kabar terbaru tentang ketiga teman satu kelasnya.
Tiara, Lastri dan juga Kafka di DO dari kampus. Nara tidak tau apa penyebabnya, tapi ia sedikit terkejut.
"Alisha Ayanara."
Hampir saja ponsel baru Nara jatuh, beruntung dengan gesit ia menangkapnya.
"Eh, Pak Alden."
Nara sedikit kikuk ketika dosen pembimbingnya tersebut sudah berdiri di depannya. Kaki Nara yang tadinya di atas kursi langsung ia turunkan.
"Kenapa, Pak? Ada masalah ya?"
Alden tampak menggeleng, "Saya duduk di sini ya."
"Hah?"
"Semuanya penuh, saya nggak kebagian tempat duduk."
Nara melihat sekitarnya dan ternyata memang benar tidak ada meja yang tersisa selain tempatnya.
Tanpa menunggu jawaban Nara, Alden langsung duduk di depannya.
Nara kikuk, ia tidak pernah dihadapkan dengan situasi seperti ini terlebih Alden adalah seorang dosen.
Beberapa mahasiswi yang berada di kantin melirik ke arah mereka. Tentu saja yang menjadi objek perhatian adalah Alden yang duduk bersama dirinya.
Alden—dosen tersebut terkenal di fakultas mereka. Bahkan kalau kalian bertanya di fakultas sebelah pun sepertinya nama Alden tidaklah asing.
Terkenal karena berbagai alasan, pintar, tampan, tegas, tinggi dan yang paling penting kaya raya. Mengenai status? Tidak ada yang tau, selama berkuliah dan diajar oleh Alden ia tidak pernah mendengar berita tentang Alden yang mempunyai seorang kekasih atau istri. Entah karena Alden yang terlalu misterius atau Nara yang terlalu bodo amat.
"Ehm." Alden berdehem tapi Nara tak terlalu perduli.
"Gimana skripsi kamu?"
Nara melirik dan sialnya wajah tampan Alden juga sedang menatapnya.
Nara kemudian melirik sekitarnya, mencoba menebak Alden yang sedang berbicara dengan siapa.
"Bapak nanya sama saya?"
"Memangnya kamu ngeliat ada orang selain kamu di meja ini?"
"Ya siapa tau ngomongnya mahasiswa lain di sebrang meja kan?"
"Ngaco kamu."
Nara menggaruk tengkuknya, kecanggungan amat terasa sekali ia rasakan. Sebenarnya Nara tidak tau apa maksud dan tujuan Alden lebih memilih duduk bersamanya, karena selama ini yang Nara tau dosen di depannya ini terlihat sangat misterius.
Tiba-tiba ponsel Nara bergetar.
Om tua
Kamu di mana?
Kntin
Kantin kampus?
Y
Udah selesai kelas kan? Ikut saya ambil raportnya Athala sama Marsha
Gak bs. Ak sbk
Jari kamu kepotong?
Nara tidak berniat membalasnya. Belum beberapa menit sebuah pesan kembali masuk.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Mr. Segal [END]
RomanceSegal series 1 Tampan, mapan, berwawasan sepertinya julukan yang patut diberikan pada seorang Abimana Segal, seorang presdir di Segal group. Kegilaannya pada pekerjaan membuat Abimana tidak pernah lagi memikirkan pernikahan, jangankan pernikahan, un...