HMS; 24

17.1K 1.2K 35
                                        

Ketika Nara keluar dari mall, Nara bertemu dua orang yang terlihat berpasangan.

Nara mengalihkan pandangannya ketika tatapan ia dan ayahnya bertemu. Dada Nara terasa sesak melihat seorang perempuan yang berada di samping ayahnya. Nara yakini perempuan itu adalah istri baru ayahnya.

"Nara," panggil ayahnya terdengar gembira.

"Ayah kangen banget sama kamu." ayahnya baru saja akan memeluk tapi Nara menghindar.

"Aku buru-buru."

"Sayang." Abi menahan pundak Nara untuk tetap berdiri di tempatnya.

"Ayah kangen banget sama kamu." Nara menolak ketika ayahnya hendak memeluk.

"Yakin ayah kangen sama aku? Aku fikir ayah udah lupa sama aku." Nara tersenyum mengejek.

"Mana mungkin ayah bisa ngelupain anak ayah sendiri," lirih ayah.

"Oh ya? Kok aku ragu."

Abi menyalami ayah mertuanya, tidak seperti Nara yang bahkan untuk menatap ayahnya saja enggan.

"Ayah sedang apa di sini?" Abi mencoba menjadi penengah.

"Berbelanja bulanan. Kalian?"

"Saya lagi menepati janji sama Nara, kemarin dia minta jalan-jalan tapi saya sedang sibuk dan janjiinnya lain waktu. Jadilah sekarang."

Ayah manggut-manggut, tatapan Abi beralih pada perempuan yang menggandeng tangan mertuanya dari samping. Sepertinya Abi tau apa yang membuat Nara kurang suka pada ayahnya.

"Nara, kapan-kapan main ke rumah ayah ya?"

"Males main ke neraka," sahutnya asal.

"Lain kali saya ajak Nara main ke rumah ayah," jawab Abi.

Tatapan Nara terus tertuju pada perempuan di samping ayahnya.

"Saya istri ayah kamu." Nara menatap tak minat pada tangan yang terulur.

"Oooh jadi ini wanita pelacur itu? Padahal Ibu lebih cantik, setia dan pengertian. Bahkan saat ayah lagi titik terendah pun Ibu yang nemenin, tapi pas udah jaya? Ups, aku lupa kalau nggak selamanya kebaikan akan dibalas dengan kebaikan. Semoga langgeng deh."

Nara tak dapat menyembunyikan bagaimana rasa kesalnya terhadap dua orang yang berdiri di depannya. Setelah mengucapkan kata-kata pedas Nara membawa Abi pergi dari hadapan mereka.

"Sayang, kamu nggak seharusnya berbicara seperti tadi bagaimana pun dia ayah kamu." Abi membuka suara ketika mereka dalam perjalanan pulang.

"Jangan dibahas Om, aku lagi males."

"Tapi kamu salah sayang, sebagai suami yang baik aku harus ngasih tau."

Nara berdecak, "Kalau mau ceramah jangan sama aku, cari jamaah di masjid sana."

"Memangnya kamu mau kalau suatu saat nanti anak-anak kita juga memperlakukan kamu seperti kamu memperlakukan ayah tadi?"

Nara melotot, dengan gemas Nara memukul lengan Abi yang berotot.

"Amit-amit deh. Lagian aku kayak tadi itu ada alasannya. Sekarang aku tanya, emangnya Om akan tetap bersikap baik meskipun Ibunya Om diselingkuhin?"

Abi diam, sesekali membalas tatapan Nara.

"Diem kan? Harusnya Om juga ngertiin perasaan aku," kata Nara sendu.

Selanjutnya hanya keheningan yang menemani mereka. Sampai setelah mereka tiba Nara berniat membuka pintu tapi keburu ditahan oleh Abi. Saat Nara akan membuka suara Abi sudah lebih dulu membawanya ke dalam dekapan hangat.

Hello, Mr. Segal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang