HMS; End

36.9K 1.6K 59
                                        

Memasuki bulan ketujuh kehamilan, Nara mulai semakin sulit bergerak. Selain karena perutnya yang semakin membesar, Nara juga takut terjadi apa-apa ada bayinya. Maklum ini adalah kehamilan pertama.

Semua yang Nara lakukan harus serba hati-hati terlebih setiap pergerakannya selalu terpantau oleh Abi.

Seperti saat ini, Nara hanya duduk memandangi semua orang yang bekerja mendekorasi rumahnya. Abi membuat acara tasyakuran atas tujuh bulan kehamilan Nara. Undangannya terbatas hanya ada keluarga inti dan sahabat dekat mereka saja.

"Aku bisa bantu apa?" Nara menahan Arga yang akan berjalan melewatinya.

Abi melihatnya dan segera menghampiri Nara. Sebelum mengajak Nara pergi ia menyuruh Arga melanjutkan pekerjaannya.

"Kamu duduk aja di sini." Abi membawakan cemilan dengan berbagai rupa supaya Nara tetap duduk diam di tempatnya.

Fyi Arga dan Alden diundang langsung oleh Abi. Hubungan ketiga bersaudara itu sudah benar-benar membaik, pintu hati Abi pun sepertinya sudah terbuka dan menyadari kalau kedua saudaranya juga korban dalam keegoisan ayah mereka.

Nara cemberut dan memasang wajah kesal sepanjang melihat semua orang sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Bosan sendirian di sana Nara memilih masuk ke dalam kamar tamu dimana Anna—istrinya Alden sedang menyusui Arsen—anak kedua mereka.

Entah wajah mereka yang terlalu memanipulasi atau Nara yang terlalu bodoh karena awalnya mengira kalau Alden belum beristri tapi setelah mengenal lebih jauh lelaki itu ternyata sudah mempunyai dua anak. Alaskar dan Arsen. Kira-kira umur Alaskar sama seperti Athala, jadi sekarang keduanya sedang bermain entah kemana.

"Kenapa Nar?" tanya Anna melihat wajah Nara yang cemberut.

"Bosen. Apa-apa nggak boleh, kalau mau bantu ini itu pasti disogok sama makanan, dikira aku sapi apa? Kalau dikasih makanan langsung diem!"

Anna tertawa mendengar gerutuan Nara.

"Namanya juga bumil. Itu artinya Kak Abi sayang sama kamu, dia nggak mau kamu kenapa sama anaknya kenapa-kenapa."

"Sayang nggak sampai segininya juga kali, ini mah namanya penyiksaan! Gerak sedikit doang masa nggak boleh? Aku juga nyadar diri kali nggak akan ngangkat barang berat."

Anna menepuk bahu Nara seraya terbahak.

"Namanya juga laki, aku juga dulu gitu."

"Alden sama kayak Mas Abi? Kamu diperlakukan sama kayak aku?"

"Iya tapi nggak separah suami kamu sih, Mas Alden masih ngebolehin aku ngelakuin apa yang aku suka. Kalau suami kamu mah parah banget."

Nara mencibir. Tiba-tiba pintu dibuka.

"An—loh ada Nara juga ternyata." Alicia—istrinya Arga berjalan menghampiri kami.

"Kenapa memangnya kalau ada aku?"

Alicia mengendikkan bahunya, "Kamu lagi dicari-cari tuh sama suami kamu."

"Mas Abi nyariin aku? Ada apa memangnya?"

"Kangen kali," celetuk Anna.

"Kangen matamu!" Nara beranjak meninggalkan kedua iparnya.

Melihat Abi berjalan kesana kemari dengan segera Nara menghampirinya.

"Kenapa sih? Panik banget."

Abi menatapnya khawatir, di dekapnya Nara erat, "Kamu kemana aja? Saya fikir kamu marah karena tadi."

Nara melepaskan pelukan Abi, "Aku emang marah tau."

"Mau saya belikan apa?" tanya Abi mencoba merayu Nara.

Hello, Mr. Segal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang