Diana benar-benar menghilang sejak hari itu. Aku berdoa semoga perempuan dedemit itu tidak kembali menganggu kehidupan rumah tanggaku beserta Mas Abi. Sialnya aku tertipu oleh gitar spanyolnya padahal dia adalah perempuan sesuka sama jenis.
Aku dan Mas Abi sudah berbaikan meski aku masih suka kesal kalau ingat bagaimana mengesalkannya Mas Abi malam itu.
"Jadi malam itu Mas Abi beneran nggak tidur sama Diana?"
Mas Abi yang sedang serius dengan laptopnya kini menatapku.
"Nggak pernah."
"Waktu Mas Abi ke Malaysia kenapa Diana bisa ikut? Terus kalian ngapain aja?"
Aku menatapnya aneh karena Mas Abi malah tersenyum misterius.
"Saya memang pergi ke Malaysia tapi waktu itu Diana nggak ikut. Saya pergi bertiga sama anak-anak. Ini bagian dari rencananya Adrian."
"Sumpah sampai sekarang aku masih nggak habis fikir kenapa Mas Abi ngeiyain aja rencana gilanya Adrian. Setauku Mas Abi pintar dan bijak tapi kenapa bisa sampai iya? Kita sampai hampir pisah lho Mas gara-gara ide gila ini."
Aku merasakan tanganku digenggam oleh Mas Abi.
"Tapi rencananya berhasil kan? Kalau saya nggak ngeiyain mungkin kamu masih belum mau mengakui kalau kamu juga mencintai saya."
"Kalau seandainya beneran pisah gimana? Mas fikir lucu?!" tuh kan kalau ingat begini bikin aku jadi makin emosi saja.
"Maafin saya ya." kali ini Mas Abi mencium punggung tanganku.
"Lucu kali!" ketusku dan menarik tanganku menjauh darinya.
"Saya memang gegabah, maafin saya ya." sepertinya si aki-aki tua ini belum mau menyerah karena setelahnya ia memelukku dari samping dengan tangan yang mengelus rambutku sambil sesekali mengecup rambutku.
"Kamu mau apa?"
"Jangan nyogok deh." aku berusaha melepaskan pelukan mereka.
"Mas Abi tau nggak sih kalau rencana gilanya Mas Abi itu bikin aku makin trauma sama cowok tau dan aku nggak suka dibecandain begitu."
"Lain kali nggak akan, maafin ya."
"Nggak!" aku membuang muka.
"Mau apa?"
"Mau beli albumnya Exo yang terbaru," balasku asal.
"Berapa harganya?"
"Seratus juta."
"Ambil hape saya terus buka i-Banking."
Aku memundurkan wajahku menatapnya memicing.
"Pinnya ulang tahun kamu."
"Terus kalau udah tau pin mau ngapain?" bodoh tentu saja aki-aki tercintamu ini mau mebayarkan album yang mau kamu beli, seruku dalam hati meski begitu aku tetap mempertahankan ekspresi tak bersahabat.
"Terserah kamu."
"Awas selain mau beli album aku kalau punya uang suka iseng check out-in si oren, keranjangku udah 99 lebih." aku memutar bola mata.
"Silahkan."
Sumpah aku langsung menahan bibirku yang berkedut supaya tidak tersenyum. Hell no jangan sampai aku terlihat murahan, hanya karena uang bisa membuatku langsung luluh.
"Uang habis ntar nanges."
Mas Abi malah tertawa, "Uang saya banyak mau dipakai sampai tujuh turunan sembilan tanjakan dua puluh tiga belokan pun nggak akan habis."
![](https://img.wattpad.com/cover/257226780-288-k396308.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Mr. Segal [END]
RomanceSegal series 1 Tampan, mapan, berwawasan sepertinya julukan yang patut diberikan pada seorang Abimana Segal, seorang presdir di Segal group. Kegilaannya pada pekerjaan membuat Abimana tidak pernah lagi memikirkan pernikahan, jangankan pernikahan, un...