Makan malam kali ini terasa berbeda karena kehadiran Marsha. Sebelumnya anak perempuan itu tak pernah memunculkan batang hidungnya, kata Abi sih ia menghukumnya dan Marsha tidak terima makanya anak perempuan itu marah pada Abi.
"Oh ya, ngomongin soal liburan kayaknya aku berubah fikiran deh, Om," ujar Nara tersenyum licik.
Abi yang tengah menyuapi Nara langsung menghentikan gerakannya.
"Aku nggak jadi mau di rumah aja. Aku pengen liburan ke luar." Nara melirik Marsha yang saat ini juga tengah menatapnya tajam.
Bukan hanya Marsha yang menatapnya tapi juga Athala.
"Waaah, akhirnya doa Athala terkabul juga," seru Athala menatap Nara dengan berbinar.
"Memangnya kamu mau liburan kemana?"
"Athala mau kemana?" Nara melemparkan pertanyaan pada Athala.
"Pantai di Bali," seru Athala semangat kemerdekaan.
"Kalau Marsha mau kemana?" tanya Nara lembut.
Marsha terlihat berdecih.
"Marsha ditanya kok jawabnya begitu," ujar Nara dengan nada lembutnya.
"Nggak usah sok baik deh kamu."
"Sok baik gimana, harusnya kamu bersyukur karena aku berubah fikiran." Nara tersenyum miring.
"Marsha nggak ada yang pernah mengajarkan kamu untuk berbicara tidak sopan," peringat Abimana.
"Naik gunung," jawab Marsha pada akhirnya.
"Bali."
"Naik gunung!"
"Bali."
"Naik gunung, Athala, kamu harus nurut sama kakak kamu!"
"Nggak mau. Maunya ke Bali."
"Jadi, kamu mau kemana sayang?"
Nara memberi tanda pada Abi kalau ia sudah berhenti makan. Ia berdiri dari duduknya.
"Lombok."
"HAH?!" pekik Athala dan Marsha bersamaan.
"Terus tadi ngapain kamu nanya kalau pada akhirnya kamu yang mutusin sendiri." Marsha menekuk wajahnya.
"Mama bukan kamu!" ralat Abi pada Marsha.
Tak Marsha hiraukan peringatan tegas dari Abi. Cewek itu berdiri dengan perasaan dongkol setengah mati, ia pergi meninggalkan mereka semua yang berada di meja makan.
"Anak Om kenapa sih? Marah-marah terus deh, masalah kemarin juga dia belum minta maaf," sungut Nara berpura-pura kesal meski dalam hati Nara serasa ingin berteriak kesenangan.
"Seharusnya saya yang nanya, kalian kapan bisa akur?"
Terdengar helaan nafas berat dari Abi.
"Loh aku mah selalu welcome sama dia, dianya aja yang selalu nyari masalah sama aku."
"Mama, kita ke Bali aja ya," rengek Athala.
Nara menggeleng.
"Athala mau ke pantai."
"Lombok juga ada." Nara pergi masuk ke dalam kamarnya.
𝓗𝓮𝓵𝓵𝓸, 𝓜𝓻. 𝓢𝓮𝓰𝓪𝓵
Malam mendatang, ketika Nara terbangun dari tidurnya haus mulai menyapa tenggorokannya. Dengan rasa malas Nara bangun, ia melihat di atas nakas dan tidak ada air di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Mr. Segal [END]
RomantikSegal series 1 Tampan, mapan, berwawasan sepertinya julukan yang patut diberikan pada seorang Abimana Segal, seorang presdir di Segal group. Kegilaannya pada pekerjaan membuat Abimana tidak pernah lagi memikirkan pernikahan, jangankan pernikahan, un...