Nara mulai mempersiapkan barang bawaan untuk pergi muncak. Meski ini adalah pertama kali, namun tidak bisa dipungkiri Nara cukup percaya diri dengan mengatakan bahwa ia pasti akan sampai tujuannya.
Setelah siap perempuan dengan rambut dikuncir kuda itu segera menghubungi nomer Lastri dan Tiara untuk menanyakan mereka akan bertemu. Kedua orang itu kompak menjawab bahwa Kafka sebentar lagi akan datang menjemput mereka.
Nara segera keluar dari kamar hotel, menunggu Kafka di tepi jalan saja, sambil menunggu cewek itu tak sengaja melihat notifikasi ponselnya.
299 panggilan tak terjawab dari Om tua.
1098 pesan tak terbaca dari Om tua.
Lagi, sebuah pesan masuk.
Om tua: Kamu dimana?
Om tua: Nara kamu masih marah? Tolong maafkan saya, tolonglah pulang.
Om tua: Saya tunggu kamu sampai magrib, kalau masih belum pulang juga terpaksa anak buah saya yang harus turun tangan!Nara tidak peduli, ia mematikan ponselnya setelah membaca pesan dari Kafka yang mengatakan bahwa ia sudah dekat.
"Kamu udah izin sama orang tua kamu?" Kafka memulai pembicaraan setelah sedari tadi hanya berdiam.
"Emm, i-iya," jawab Nara gugup karena harus berbohong.
Kecanggungan menghilang begitu saja ketika Lastri dan Tiara ikut masuk ke dalam mobil. Bahkan Nara yang tadinya merasa tidak nyaman perlahan mulai merasakan kenyamanan. Nara jadi tau sekarang kenapa bagaimana rasanya punya teman segeng, ia fikir akan membosankan ternyata bisa seasyik ini.
Mereka memulaikan perjalanan, setelah berdoa. Ini pertama kalinya bagi Nara dan ia merasa sedikit takut.
"Kenapa Nar?" tanya Kafka melihat wajah Nara yang pucat.
Nara tersenyum tipis seraya menggeleng.
"Kamu sakit? Kalau sakit istirahat aja dulu."
"Hah? Nara sakit?" seru Lastri berjalan turun menghampiri Nara.
"Enggak kok, a-aku cuma takut aja," balas Nara dengan suara pelan.
Lastri dan Tiara kompak ber-oh ria.
"Ini pertama kalinya ya? Kenapa mesti takut kan cuma jalan doang."
"Tapi aku takut ketinggian."
Kafka terkekeh, "Jangan liat ke bawah fokus ke atas."
Kafka menepuk pundak Nara mencoba untuk menenangkan.
"Ada kami kok, Nar, tenang aja." Nara tersenyum menanggapi perkataan Tiara.
Setelah dirasa mulai nyaman mereka kembali melanjutkan perjalanan. Lama mereka sampai, setelah melewati fase-fase melelahkan akhirnya mereka sampai di tempat yang dijadikan untuk memasang tenda dan tertidur.
"Kita cari kayu ya buat bikin api unggun ntar malam."
"Aku nggak ikut ya, Ka, aku mau jagain Tiara dia katanya pusing."
"Okey, ntar biar aku sama Nara aja yang pergi." Lastri memberikan acungan jempol sebagai jawaban.
"Ayo, Nar!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Mr. Segal [END]
Roman d'amourSegal series 1 Tampan, mapan, berwawasan sepertinya julukan yang patut diberikan pada seorang Abimana Segal, seorang presdir di Segal group. Kegilaannya pada pekerjaan membuat Abimana tidak pernah lagi memikirkan pernikahan, jangankan pernikahan, un...