HMS; 3

20.7K 1.7K 33
                                    

Tidak ada kegiatan favorit yang sering dilakukan oleh seorang Abimana Segal kecuali memandangi wajah istrinya yang sedang tertidur pulas.

Saat istrinya tertidur adalah waktu paling tepat untuk memandangi wajahnya sampai puas. Karena saat Nara tebangun, perempuan itu tidak akan segan-segan untuk melukai Abi hanya karena Abi menatapnya lekat.

Ditendang, ditampar, dikasari sudah menjadi makanan pokok Abi selama satu bulan menikah dengan Nara. Tidak ada perlakuan romantis layaknya pengantin baru, yang ada hanyalah raut kebencian yang Abi lihat.

Nara membencinya dan Abi sangat mengetahui itu. Hanya karena jarak usia yang terpaut cukup jauh Nara tidak mau menerimanya, oh ralat tidak hanya itu saja akan tetapi karena Nara merasa Abi sudah merusak mimpi indahnya. Nara tidak mau menikah sebelum ia sukses, akan tetapi karena menikah dengan Abi impiannya malah hancur padahal kalau Abi mau ia bisa membelikan semua yang Nara mau dan bisa mewujudkan semua mimpi perempuan tersebut.

Mobil, rumah berbelas lantai sambil pulau pun Abi mau membelikannya. Sayang sekali Nara sudah dibutakan dengan perasaan bencinya pada Abi. Semua perempuan malah memuji Abi, mengatakan kalau Abi duda keren, sampai ada yang terang-terangan meminta dinikahi hanya seorang Alisha Ayanara yang berani menolak seorang Abimana Segal.

Meski begitu, Abimana sudah bertekad bahwa bagaimana pun caranya ia akan membuat Nara juga jatuh cinta padanya. Apapun yang terjadi, seberat apapun rintangannya nanti, Abi berjanji ia tidak akan pernah melepaskan perempuan yang sangat dicintainya ini.

Tangan Abi terulur membelai pipi Nara dengan gemas. Kemudian ia mengecup kedua bola mata Nara, lalu beralih ke kening.

Abi selalu menunggu hari dimana Nara akan mengatakan bahwa ia juga mencintainya. Katakanlah Abi kepedean, toh juga kenyataannya memang seperti itu dan Abi akan selalu menunggu kedatangan hari itu.

"Saya mencintaimu, Nara, sangat mencintaimu," bisik Abi kemudian mengecup kening Nara lama.

Sumpah demi apapun Abi sangat ingin menciumi bibir dan leher Nara, kedua objek tadi selalu menganggunya. Bibir Nara yang merah alami, juga leher Nara yang putih bersih membuatnya tergoda, kalau mau sebenarnya Abi bisa memaksa Nara tapi Abi tidak melakukannya karena Abi tidak mau Nara semakin membencinya dan kesempatan untuk cintanya dibalas semakin kecil. Entah kapan ia akan bisa menciumnya dengan bebas, sekarang Abi hanya perlu lebih banyak bersabar menghadapi istri kecilnya yang keras kepala.

-𝓗𝓮𝓵𝓵𝓸, 𝓜𝓻. 𝓢𝓮𝓰𝓪𝓵-

Nara pulang saat jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Ia baru pulang karena sehabis menongkrong di kafe. Nara tidak tuli saat tadi ia mendengar ponselnya berbunyi dan tertera nama Om tua di sana, ratusan pesan datang memenuhi notifikasi ponselnya. Karena kesal diganggu, Nara langsung memblokir nomer suaminya.

Selesai memarkirkan mobilnya di garasi Nara segera turun dari HR-V putih pemberian suaminya. Kedatangannya langsung disambut dengan raut hawatir dari sang suami.

"Kamu kemana aja? Kenapa nggak bisa dihubungi?" Abimana langsung memegang pundak istrinya, mengecek keadaannya.

"Apa sih, modus banget pegang-pegang!" sentak Nara melotot pada suaminya.

"Saya khawatir Nara, kamu kemana aja? Kenapa nggak angkat telfon saya? Atau setidaknya balas pesan saya." Nara memutar bola matanya, ingin sekali ia mencakar mulut suaminya yang kelewat bawel melebihi sang ibu.

"Nggak usak sok khawatir. Aku bukan anak kecil lagi!"

"Saya nggak perduli. Sekarang kamu jawab saya, kamu habis dari mana?" tanya Abi menatap mata istrinya lekat.

Hello, Mr. Segal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang