Epilog

35K 1.8K 59
                                    

Setelah selesai bertelfonan dengan seseorang dari sebrang sana Abi berlari memasuki gedung rumah sakit. Tak dihiraukan tatapan aneh dari orang-orang yang berada di sana. Yang Abi fikirkan sekarang adalah bagaimana kondisi istrinya saat ini.

Maka begitu tiba di depan ruangan Nara, Abi langsung membukanya kasar bahkan Abi tidak menghiraukan keberadaan Adrian dan beberapa anak buahnya di depan ruangan istrinya. Ada Ibu dan Athala yang sudah menunggu di sana, Nara sedang duduk merintih, punggungnya dielus oleh Ibu, Athala juga ikut mengelusnya.

"Papa," ucap Athala pelan.

Bukan hanya Athala yang menoleh tapi Ibu dan Nara juga. Nara tersenyum menyambut kedatangan suaminya.

"Hello, Mr. Segal," sapa Nara menyambut kedatangan sang suami.

Ibu memilih menyingkir, membiarkan Abi ruang memeluk istrinya.

"Saya fikir saya telat," gumam Abi mengelus perut Nara penuh sayang.

"Dia nggak mau keluar sebelum ketemu sama Papanya." Nara menaruh kedua tangannya di leher Abi.

"Maafin saya, karena kerjaan saya hampir nggak bisa nemenin kamu lahiran."

Nara mengecup pipi Abi gemas, "Kalau Mas sampai telat aku nggak mau maafin Mas."

Abi terkekeh mendengarnya, "Tapi saya nggak telat kan?"

Nara berdehem, "Tetap aja yang bawa aku ke sini kan Adrian."

Pintu dibuka membuat perhatian mereka kembali teralih. Marsha terlihat datang tergesa-gesa.

"Mama belum lahiran?"

"Kamu datang-datang langsung nanya begini. Sini? Peluk dulu." Nara mendorong Abi agar menjauhinya lalu merentangkan kedua tangannya siap menyambut kedatangan putrinya.

Marsha mendekat, sebelum itu ia melepaskan tas ranselnya dan memeluk Nara erat.

"Kemana aja? Yang temenin aku dari tadi Athala," bisik Nara.

"Maaf Ma, aku harus les supaya bisa masuk sekolah negeri."

"Papa kan banyak duit jadi kamu nggak perlu pusing."

Marsha menggeleng, "Aku nggak mau masuk lewat orang dalam, masuk pakai hasil keringat sendiri lebih menantang."

"Good girl, ini baru namanya anak Papa." Abi mengusap kepala Marsha, sambil mencium kepalanya.

"Jadi selama ini bukan?" Marsha menaikkan sebelah alisnya.

"Tetap anak Papa, tapi kali ini jadi makin sayang." Abi ikut memeluk Marsha sekalian Nara.

"Athala juga mau dipeluk."

Nara, Abi dan Marsha saling tatap kemudian tertawa. Saking bahagianya mereka lupa kalau di sana ada dua orang lagi.

"Ibu mau ikut pelukan nggak?" ajak Nara.

Baik Athala maupun Ibu mendekat. Mereka saling memeluk erat. Nara tersenyum meski dalam hatinya menjerit merasakan kontraksi yang datang terus menerus. Cukup lama berpelukan sampai mereka melonggarkan pelukan mereka.

Ibu pamit keluar untuk mencari angin segar. Tertinggallah mereka berempat di dalam ruangan. Athala terus-terusan mengelus perut Nara.

"Adeknya Athala cowok atau cewek?"

"Tebak-tebakan yuk. Cowok atau cewek?"

Athala cemberut karena tak mendapatkan jawaban melainkan pertanyaan.

"Cowok," seru Athala bersemangat.

Nara tertawa. Jujur sampai saat ini sebenarnya ia dan Abi juga belum tau jenis kelamin anak mereka. Nara yang memilih untuk tidak tau katanya biar surprise, Abi sempat menolak karena ia bukan tipe orang yang suka memelihara penasaran. Tapi saking bucinnya Abi pada Nara akhirnya ia memilih untuk mengikuti apa maunya sang istri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hello, Mr. Segal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang