HMS; 36

20.2K 1.4K 8
                                        

Hari ini Nara berniat pergi ke pasar membeli bahan makanan karena dapur Ibu sudah mulai kosong. Pagi-pagi sekali setelah memanaskan motornya Nara segera pergi ke pasar supaya tidak terlalu siang. Selain terik matahari yang ia hindari, takutnya pasar juga semakin ramai.

Ia pergi sendiri karena ibunya memberikan list belanjaan. Sejujurnya ini bukan perkara sulit karena ia bukan anak manja dan sudah terbiasa untuk ke pasar sekedar menemani ibu atau pun belanja untuk dirinya sendiri.

Cukup lama Nara di pasar, barang brlanjaannya sangat banyak sekali, matahari juga sudah sangat terik dan Nara memutuskan untuk pulang. Dalam perjalanan Nara menikmati pemandangan sekitar seraya bernyanyi-nyanyi.

Ketika belok ke kanan memasuki jalur satu sebuah mobil dari arah berlawanan melaju kencang hingga menabrak motor yang tepat berada di depan Nara, saat Nara akan menghindar motor tersebut sudah lebih dulu menabrak motornya hingga motor Nara terpental denga naasnya. Yang Nara ingat hanya suara orang-orang terdengar di sekitarnya karena setelahnya keadaan menggelap, kesadarannya telah benar-benar hilang.

𝓗𝓮𝓵𝓵𝓸, 𝓜𝓻. 𝓢𝓮𝓰𝓪𝓵

Nara membuka matanya dan menemukan keberadaan dirinya diruangan serba putih dengan bau obat-obatan yang khas.

Kesadaran Nara disambut senyum manis oleh semua orang yang berada di ruangan tersebut. Mata Nara langsung menangkap kehadiran figur Abi dan kedua anak mereka di sana, jangan lupakan Ibu yang duduk di kursi tempatnya terbaring.

"Minum dulu." Ibu membantu Nara untuk minum.

"Mana yang sakit?" tanya Abi khawatir.

"Kok kalian ada di sini? Bukannya kalian pulangnya besok?" Nara tak memberikan jawaban melainkan kembali melontarkan pertanyaan.

"Mana mungkin saya nggak pulang setelah mendengar kabar kalau istri saya habis kecelakaan."

"Aku nggak apa-apa kali Mas, ini kan cuma tangan aja yang sakit." Nara menunjukkan jari-jari tangannya yang sudah diobati.

"Ini yang kamu bilang nggak apa-apa? Kamu nggak liat tangan kamu lecet-lecet begitu. Pokoknya mulai sekarang kamu nggak boleh pergi naik motor sendiri, supir saya kan ada terus Adrian juga ada kenapa nggak minta tolong sama mereka aja?" Abi berdecak kesal.

"Jangan lebay deh Mas, kasian tau anak-anak mau nikmati liburan malah nggak jadi karena kekhawatiran kamu itu. Akunya juga nggak apa-apa kok." Nara menjawab sewot.

"Saya khawatir Nara. Percuma kalau saya tetap di sana tapi saya nggak ada di dekat kamu saat lagi kayak gini."

"Sudah-sudah kalian jangan pada debat di depan anak kecil dong, nggak baik." Ibu menengahi.

Nara kesal dan memilih untuk menatap arah lain.

"Mas Abinya yang ngeselin, lebay!"

"Seorang suami khawatir sama istrinya wajar kan Bu?" Abi bertanya pada Ibu membuat Nara semakin gerah saja.

"Mas tuh—"

"Udah-udah," sergah Ibu gregetan.

"Ibu ya yang ngasih tau Mas Abi?" tanya Nara berbisik.

"Iya, habisnya Ibu panik."

Tatapan Nara berubah sendu, "Kenapa dikasih tau sih Bu, aku nggak apa-apa kok. Gara-gara aku liburan mereka jadi berantakan."

Hello, Mr. Segal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang