"Sayang, bisa ambilkan ponsel saya nggak?" suara Abimana membuat fokus Nara yang tadinya hanya pada televisi kini beralih menatap Abi yang sedang sibuk berkutat di sofa kamar.
Sebenarnya Nara ingin sekali bertanya prihal Marsha yang katanya anak mendiang kakak Abimana. Lelaki itu punya saudara? Tapi sudah meninggal, begitu maksudnya? Tapi malas juga lah berbicara dengan Abimana.
Nara beranjak mencabut ponsel Abi yang dayanya sudah penuh.
"Udah jam delapan. Nggak telat tuh?" sindir Nara setelah menyerahkan ponselnya Abi.
Abi yang tadi fokus pada laptop kini mengalihkan pandangannya pada sang istri yang masih berdiri di dekatnya. Abi kemudian menarik tangan Nara agar duduk di sebelahnya, tidak ada penolakan dari Nara.
"Nggak sayang, nanti aku ke kantor selesai dari acara Athala. Kamu siap-siap gih, sebentar lagi kita berangkat."
"Memangnya aku bilang kalau aku mau ikut?"
"Ikut ya sayang. Kamu kan sekarang udah jadi mamanya, kalau biasanya aku datengin rapat orang tua sendiri sekarang udah ada kamu. Mau kan?"
"Males."
"Hampir kelupaan. Saya punya sesuatu buat kamu, tunggu sebentar ya." Abi berjalan menuju meja yang letaknya ada di dekat ranjang.
Nara hanya melirik sekilas. Abi menyerahkan sebuah kotak dengan senyuman manis.
"Nggak usah lah," balas Nara cuek.
Abi menggeleng ia mengambil tangan Nara dan menaruhnya di atas tangannya.
"Kamu buka dulu!" perintah Abi.
Nara berdecak, tapi tangannya tetap saja membuka kotak tersebut. Setelah dibuka, mata Nara langsung melotot.
"Hah? Hape siapa nih?" tanya Nara memandangi I Phone 12 pro max.
"Itu saya beliin buat kamu. Gantiin hape kamu yang rusak malam itu, gimana kamu suka?"
Rasanya Nara ingin berteriak sekarang juga. Hape yang selama ini ia selalu incar, bahkan rela menabung tapi selalu tidak jadi karena cilok, sekarang ia tidak perlu bekerja keras terlebih dahulu untuk mendapatkannya.
Tapi kalau ia menunjukkan raut kebahagiaannya sekarang bisa-bisa om tua itu semakin pede nanti. Akhirnya Nara berdehem menetralkan emosinya dan pura-pura terbatuk agar ia tidak tersenyum, Abi langsung gesit mengambilkan air putih untuknya.
"Saking bahagianya kamu sampai jadi batuk-batuk."
Nara semakin terbatuk mendengarnya. Nah kan, belum apa-apa tapi tingkat kepedeannya sudah melampaui batas.
"Hiih, pede banget!" bentak Nara di depan wajah Abi.
"Ini cara kamu berterima kasih? Masa ngebentak suami sendiri, di depan wajah lagi. Biasanya kalau perempuan lain bakalan cium wajah saya, tapi kamu? Kamu malah menyia-nyiakan kesempatan yang diidamkan perempuan luaran sana. Ah, mereka pasti bakalan iri sekali karena nggak bisa deket-deket sama saya kayak kamu gini."
Abi mendekatkan dirinya pada Nara, ia memeluk Nara erat, tidak perduli cewek itu sedang memberontak sekuat tenaga, memukul kepala Abi, mencakar lengannya, atau berteriak sekuat tenaga yang membuat kuping Abi berdengung.
Abi memejamkan matanya menerima semua perlakuan Nara dengan ikhlas. Ia menghirup aroma tubuh Nara dengan rakus.
Karena kesal Nara memberi pukulan pada perut Abi yang membuat lelaki itu langsung melepaskan pelukan mereka. Abi meringis, merasakan rasa sakit yang teramat dalam, padahal luka yang kemarin belum sembuh.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Mr. Segal [END]
RomanceSegal series 1 Tampan, mapan, berwawasan sepertinya julukan yang patut diberikan pada seorang Abimana Segal, seorang presdir di Segal group. Kegilaannya pada pekerjaan membuat Abimana tidak pernah lagi memikirkan pernikahan, jangankan pernikahan, un...