Hubungan Nara dan Abi membaik, kian hari semakin lengket saja. Nara masih suka memelihara gengsi untuk bermesraan dengan Abi, meski mereka sudah berbaikan tapi tetap saja Nara masih mau mewujudkan cita-citanya untuk berpisah dengan Abi.
"Sayang." Nara terlonjak merasakan pelukan seseorang dari belakang, bahunya pun terasa berat.
"Eh, O-om."
"Kamu mau kemana? Kenapa rapi banget?"
"Emm mau bimbingan Om."
Kening Abi berkerut.
"Sama dosen kamu yang genit itu?"
"Dia nggak genit kali, orang dia baiknya kebangetan gimana sih Om!" Nara melepaskan pelukan Abi.
"Emang dia genit masa natap istri saya begitu?"
"Om aja yang terlalu nethink sama Pak Alden."
"Dosen pembimbing kamu nggak bisa diganti aja?"
"Nggak bisa, emangnya yang punya kampus itu aku?"
Abi menghela nafas, "Nanti biar itu jadi urusan saya."
"Om mau ngapain?"
"Ganti dosen pembimbing kamu."
"Iiih jangan aku udah nyaman sama Pak Alden, dia baik banget."
"Dan saya harus diem aja ngebiarin istri saya mau direbut sama dosen pembimbingnya?"
"Apa sih, nggak jelas."
Nara mengambil ranselnya, setelah menyemprotkan parfum beberapa kali cewek itu keluar dan ikut bergabung di meja makan untuk sarapan. Selang beberapa saat Abi ikut menyusul duduk di samping Nara.
"Kenapa natap aku kayak gitu?" Marsha menatap Nara sinis.
Nara menggeleng,"Pede, siapa juga yang natap kamu."
"Nggak pede emang kenyataannya gitu kan?"
"Masih pagi," tegur Abi.
"Sayang," tegur Abi membuat Nara memilih untuk bungkam.
"Mau kemana? Makanan kamu belum habis." Abi menatap Nara yang memilih berdiri.
"Aku udah nggak mood."
"Saya anter!" Abi berusaha menyamakan langkah dengan Nara.
Perjalanan terasa semakin lambat karena diantara mereka berdua tidak ada yang membuka suara. Nara yang masih dalam keadaan tidak mood dan Abi yang tidak mau kenap semprot kata-kata pedas Nara.
Begitu sampai Nara hendak turun tapi tangannya keburu dicekal Abi.
"Apa lagi?"
"Kamu nggak mau salaman?"
Rutinitas baru yang biasa Nara lakukan setelah mereka pulang dari Lombok salah satunya adalah Nara mulai melakukan banyak kontak fisik dengan Abi. Salah satu contohnya adalah mencium punggung tangan Abi dan ...
Cup!
Abi mencium kening Nara. Nara tidak merubah ekspresi kesalnya. Cewek itu keluar.
"Nanti saya jemput dan pastikan kamu nggak melakukan kontak lebih selain masalah skripsi kamu dengan dosen itu."
Nara menggaruk kepalanya yang terasa gatal. Mendengar Abi memperingatinya ini dan itu membuat kuping Nara terasa panas.
"Kamu dengerin saya kan?"
"Iya iya, aku nggak budeg kok," gerutu Nara.
Saat Nara membalikkan badannya meninggalkan Abi, seseorang menyapa cewek itu. Setelah dilihat siapa, Abi menatap tajam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Mr. Segal [END]
RomantikSegal series 1 Tampan, mapan, berwawasan sepertinya julukan yang patut diberikan pada seorang Abimana Segal, seorang presdir di Segal group. Kegilaannya pada pekerjaan membuat Abimana tidak pernah lagi memikirkan pernikahan, jangankan pernikahan, un...