HMS; 23

14.9K 1.2K 32
                                    

Makan malam kali ini terasa berbeda. Beda untuk Nara dan beda juga untuk Marsha.

"Ini siapa yang masak?" tanya Abi.

"Bunda Diana," sahut Marsha terdengar kegirangan.

Baik Abi maupun Nara sama-sama menoleh pada Diana. Senyum simpul nampak jelas terukir di bibir yang dipolesi lipstik warna merah cerah itu.

"Kamu pintar masak ya? Makanannya enak," puji Abi tersenyum sumringah.

Nara mendengus, padahal menurutnya makanannya biasa saja tidak ada rasa yang berubah malah lebih enak masakannya bi Hemas.

"Mantap kan Pa? Udah pinter, baik, sayang sama anak-anak terus pintar masak lagi. Bunda emang best!" Marsha memberikan dua jempolnya.

"Selama ini kan kita nggak pernah makan masakan orang lain selain bi Hemas."

Nara tau dirinya sedang disindir oleh Marsha. Selama menikah Nara memang tak pernah masak.

"Iih biasa aja kali." Nara berucap pada Marsha tapi matanya menatap tajam pada Abi.

Abi yang merasa salah ucap hanya mampu tersenyum masam saja. Apa lagi ketika Abi melihat Nara memegang garpunya sekuat tenaga dengan tatapan yang terus tertuju padanya. Nara sedang marah.

"Luar biasa dong, untuk seukuran perempuan yang makanannya enak terus paket komplit nggak bisa dibilang biasa-biasa aja," bela Marsha.

"Masakan Mama juga pasti lebih enak," celetuk Athala yang membela Nara.

"Halah tau dari mana? Dia kan nggak pernah masak."

"Nenek yang cerita. Besok Mama yang masak ya biar nggak diejek lagi sama Marsha," bujuk Athala menatap Nara binar.

"Males." Nara menaruh garpunya dengan kasar, ia berdiri dari duduknya dan meninggalkan semua orang yang masih menikmati makan malamnya.

"Ii dasar ngambekan," cibir Marsha.

"Marsha, bisa nggak kamu jangan membuat gara-gara terus? Kamu tau ucapan kamu tadi bisa membuat Mama sakit hati," tegur Abi.

"Aku? Aku nggak pernah nyari gara-gara lho Pa, dianya aja yang terlalu perasa." Marsha berdecak kesal.

"Justru karena dia perasa makanya kamu harus hati-hati kalau berbicara." Abi menatap lekat putrinya.

"Tau Marsha, Mama pasti sedih disindir-sindir kayak tadi."

"Jangan ikut campur deh Atha, kamu itu masih kecil."

"Kamu juga masih kecil," tegur Abi.

"Papa nggak mau tau kamu harus minta maaf sama Mama."

"For what? Aku nggak pernah nyakitin dia, apa yang aku omongin kan sesuai fakta." Marsha tak terima.

"Papa nggak suka anak keras kepala."

Marsha terlihat berkaca-kaca, "Fine! Aku minta maaf sama dia."

"Maafin aku Mas, ini semua salah aku kalau aja aku nggak masak pasti kejadiannya nggak akan kayak gini," kata Diana merasa bersalah.

"Nggak apa-apa, bukan salah kamu." Abi segera menyusul Nara yang masuk ke dalam kamar.

Sampai di kamar Abi menemukan Nara sedang memakai scincare malamnya. Dari kaca meja riasnya tatapan mereka bertemu, tapi masih seperti tadi wajah Nara terlihat masam.

"Maaf." Marsha berkata setelah berdiri di dekat Nara.

Nara tak acuh itu membuat Marsha geram. "Maaf!" teriaknya.

Hello, Mr. Segal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang