Sore ini aku.memutuskan untuk memasak. Tidak mau dibilang kalah dengan Diana si dedemit itu.
"Bi coba cicip deh siapa tau ada yang kurang."
Bi Hemas menurut saja, kemudian mengangguk.
"Enak. Pas nih."
"Ah serius Bi, jangan bohong gitu." aku berdecak sedikit sebal merasa tidak percaya.
"Serius Bu, mana ada saya bohong emang makanannya enak kok."
Senyumanku sedikit mengembang, setelah memastikan rasa makanan sudah aman aku segera melirik ke arah jam. Sebentar lagi Mas Abi pulang dan aku ingin memberikan penyambutan yang tak biasa untuk suamiku jadilah aku memutuskan untuk mandi dan berdandan lebih dulu.
Kali ini aku mandi tak seperti biasanya, jika biasanya selalu mandi lima menit sampai lima belas menit maka kali ini aku berada di kamar mandi hampir setengah jam lebih. Berluluran sampai memakai parfum yang banyak supaya harum, baru aku kembali turun ke lantai satu untuk menunggu Abi pulang.
"Marsha," sapaku begitu berpapasan dengan anak sulungku yang baru saja naik ke lantai dua.
Marsha terlihat menatapku aneh, tapi akhirnya ia mengibaskan kedua tangannya mengabaikan kehadiranku. Uh, sabar Nara ini baru ujian pertama menjadi seorang Ibu dan istri yang baik.
"Atha, kalau udah magrib berhenti main ya," nasihatku dan diberi dua jempol oleh Athala.
"Mama masak ya?"
"Iya sayang."
"Masak apa?"
"Banyak. Nanti kita makan malam bareng ya."
"Okey. Seneng deh sekarang Mama berubah."
Aku mengerutkan keningnya, "Berubah gimana? Kamu ini ada-ada aja."
"Sekarang Mama udah nggak pake aku-kamu lagi kalau ngomong tapi pakenya sayang, Mama bikin Athala makin berasa disayang."
"Memang dulu-dulu nggak merasa disayang?"
"Sayang, tapi sekarang lebih lagi."
Aku tertawa pelan.
"Mandi ya setelah itu turun ke bawah kita tunggu Papa buat makan malam bareng."
"Siap Mama!"
Aku tersenyum simpul dan segera berlalu. Menuju meja makan dan merapikan tempat makan menjadi serapi mungkin, sampai magrib belum ada tanda-tanda kalau Mas Abi akan pulang padahal biasanya sebelum magrib mobil Mas Abi sudah terparkir manis di garasi.
"Mungkin agak telat sedikit," gumamku dan duduk di ruang keluarga seraya menonton televisi.
Sampai hendak isya pun Mas Abi belum datang juga. Baik Athala maupun Marsha juga belum turun, akhirnya aku berinisiatif untuk naik ke atas masalah Mas Abi nanti lauknya bisa aku hangatkan.
"Atha," panggilku seraya mengetuk pintu kamarnya.
"Ada apa?!" bukan Athala yang menjawab tapi Marsha yang membuka pintu kamar Athala.
Wajah galaknya langsung menyambutku. Tapi tak apalah aku harus bisa membuat Marsha menyukaiku.
"Ayo makan!"
"Udah pesan, bentar lagi juga nyampe."
"Pesan?" Marsha mengangguk mantap.
"Tapi kan aku udah masak." sumpah aku langsung bad mood mendengarnya berbicara begitu. Ternyata begini rasanya jadi Ibu, sudah lelah masak tapi anaknya malah pesan makanan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Mr. Segal [END]
RomansaSegal series 1 Tampan, mapan, berwawasan sepertinya julukan yang patut diberikan pada seorang Abimana Segal, seorang presdir di Segal group. Kegilaannya pada pekerjaan membuat Abimana tidak pernah lagi memikirkan pernikahan, jangankan pernikahan, un...