HMS; 29

18.5K 1.4K 59
                                        

Aku benar-benar bahagia karena mendapat kesempatan dari Mas Abi. Tentunya kesempatan ini tak akan kusia-siakan lagi. Setiap kebersamaan dengan Mas Abi benar-benar kunikmati.

Sejak kemarin Mas Abi sudah boleh pulang, aku juga ikut pulang ke rumah. Ibu juga bahagia sekaligus tak percaya karena Mas Abi mau menerimaku lagi. Rada kesel sih karena kelakuan Ibu yang seolah menjatuhkanku meski memang begitu kenyataannya.

"Mas Abi istirahat aja biar aku yang beresin barang-barangnya Mas."

"Serius? Kamu istirahat aja nanti biar bi Asih yang beresin."

Aku memutar bola mata, "Jangan manjain aku deh, aku kan pengen belajar jadi istri yang baik bukannya ngedukung juga."

Mas Abi terlihat terkekeh pelan, "Saya fikir itu cuma omong kosong kamu aja."

"Aku serius tau. Aku mau berubah jadi istri yang baik, maafin aku ya Mas selama ini suka bersikap kayak setan pasti Mas gemas banget pengen nendang aku ke antartika."

Kali ini Mas Abi tertawa, sungguh aku dibuat lega oleh sikapnya yang sekarang. Tidak sia-sia perjuanganku yang meminta maaf sampai menangis, hidung merah seperti Febri dalam sinetron Dunia Terbaik.

"Saya nggak pernah merasa begitu, kamu aja yang terlalu nethink sama saya."

Aku hanya menyengir.

"Udah sana kamu kerjain apa yang mau kamu kerjain, nanti kalau kamu mau tidur kamu bangunin saya biar saya pindah tidurnya ke sofa." diusapnya kepalaku denganmencintaiku.

Hanya dengan melihat matanya, aku dapat melihat dengan jelas bahwa dia benar-benar mencintaiku.

"Nggak perlu Mas mulai malam nanti kita tidurnya barengan satu ranjang."

"Kamu serius?"

"Mas ini nggak percayaan banget," sungutku kesal.

"Siapa tau kamu cuma mau ngerjain saya kan?"

"Sembarangan," balasku sewot.

Tok tok tok

"Mas Abi."

Mata Nara langsung menatap tajam pada pintu yang diketuk.

"Ngapain tuh si dedemit dateng ke sini?"

"Sayang jangan pukulin orang," peringat Abi yang tak aku gubris.

"Nara kamu dengerin saya kan?"

"Iya iya tapi nggak janji. Kalau dia nggak macem-macem aku juga nggak bakalan ngapa-ngapain dia kok."

Aku membuka pintu kamar sedikit kasar.

"Ada apa?!" tanyaku galak.

"Kamu pasti kaget kan kenapa aku bisa satu kamar sama Mas Abi?!"

"Nggak, biasa aja tuh," jawabnya sok cuek tapi benar-benar membuatku serasa mau nyemplungin ke inti bumi.

"Mau ngapain?!"

"Iih, mana Mas Abinya aku mau ngomong."

"Mas Abinya lagi istirahat nggak mau diganggu sama orang lain."

"Tapi ini penting."

"No! No! No!"

"Emangnya Mas Abi habis ngapain sih?"

"Habis hubungan badan sama aku. Puas?! Udah sana pergi hust hust," jawabku asal.

Wajahnya terlihat memerah. Aku berdoa semoga saja Mas Abi tidak mendengar ucapan frontalku tadi, kalau Mas Abi sampai dengar tamat sudah riwayatku. Mau taruh dimana mukaku?

Hello, Mr. Segal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang