Tepat dihari ketiga pagi-pagi sekali Nara dan Abi sudah keluar dari rumah sakit. Kaki Nara sudah baik-baik saja.
Kepulangan Nara dikawal oleh dua mobil yang mengikuti dari belakang. Kali ini Nara tidak banyak omong, lebih tepatnya sejak kejadian waktu itu. Nara masih mendiami Abi yang setiap saat berusaha untuk memaafkannya.
Begitu mobil berhenti dikediaman Segal. Nara langsung keluar diikuti oleh Abi.
"Nara," panggil Abi tapi tak digubris oleh Nara.
"Nara," panggilnya lagi.
Nara berhenti begitu ia mendapati kehadiran Athala dan Hemas yang menyambut kedatangannya dengan meniupkan terompet juga sepotong kue.
"Welcome back, Mama," teriak Athala girang dan berhamburan memeluk Nara.
"Mama, Atha kangen," bisiknya.
Nara tak membalas, senyum pun tidak sama sekali. Ia melirik Hemas yang juga tengah tersenyum manis padanya, di belakang Hemas ada Adrian yang menatapnya datar.
Nara tidak bodoh, ia menyadari bahwa Adrian tak menyukai kehadirannya begitu pula dengan Marsha yang sedari tadi menatapnya sengit. Senyum meremehkan bahkan tercetak jelas membuat Nara merasa semakin jengkel dibuatnya.
"Mama kemana aja? Kenapa nggak pernah pulang? Atha jadi nggak ada temen gambar deh." Athala menunduk sedih.
Cukup sudah Nara membiarkan Athala memeluknya. Dengan gesit ia melepaskan pelukan Athala.
"Apaan sih, lebay banget pake acara gini segala." Nara menatap sekelilingnya dengan kesal.
"Kamu tuh memang benar-benar manusia yang nggak tau sopan santun ya. Hargai dikit kek usaha orang," sahut Marsha.
"Aku nggak pernah minta disambut dengan cara alay kayak gini." Nara menatap Hemas tajam.
"M-maaf, bu," ujar Hemas tulus.
"Mama, jangan marahin bibi ini idenya Atha." kali ini Athala beralih memeluk wanita paruh baya tersebut.
"Lain kali jangan buat kayak gini. Alay." Nara menginjak terompet milik Athala dengan sadis.
Suasana hati Nara masih buruk. Apalagi bila wajah menyebalkan Abi terpampang di kepalanya.
"Jalang," gumam Marsha begitu Nara hendak melewatinya.
Nara menghentikan langkahnya. Lagi-lagi mereka melempar tatapan permusuhan.
Marsha menaikkan sebelah alisnya, senyum miring terpatri dengan jelas di bibirnya lalu tangannya bersedekap.
"Harusnya aku yang bilang kalau kamu nggak punya sopan santun. Gimana bisa kamu merasa baik-baik aja setelah perlakuan kurang ajar kamu waktu itu?"
"Ngapain aku harus minta maaf? Bukannya aku berbicara sesuai fakta?"
"Hanya karena aku nggak mau merubah keputusanku kamu sampai rela nginjak-nginjak harga diriku."
"Emang. Kenapa sih kamu balik lagi kesini? Kenapa kamu nggak pergi untuk selamanya aja? Kenapa sekalian kamu nggak mati aja sih kemarin?"
"Kurang ajar, bocah sialan." hampir saja Nara akan menampar Marsha kalau Adrian tidak langsung menahan tangannya.
"Jangan buat ulah," kata Adrian dengan tatapan tajamnya.
Nara menepis tangan Adrian kasar.
"Jangan sentuh aku brengsek," bentak Nara.
Hemas yang melihat itu langsung membawa Athala pergi ke dalam kamarnya. Hemas berdoa, semoga saja Athala setelah ini tidak akan takut pada Nara. Mengingat bagaimana Nara hendak menampar Marsha tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Mr. Segal [END]
RomanceSegal series 1 Tampan, mapan, berwawasan sepertinya julukan yang patut diberikan pada seorang Abimana Segal, seorang presdir di Segal group. Kegilaannya pada pekerjaan membuat Abimana tidak pernah lagi memikirkan pernikahan, jangankan pernikahan, un...