HMS; 34

18.2K 1.3K 15
                                    

Sepanjang perjalanan pulang Nara mendiami Abi. Bukan tanpa alasan, hanya merasa kesal saja Abi malah mengakuinya sebagai keponakan.

"Ada yang mau dibeli?"

Nara lantas menggeleng tanpa menoleh sedikit pun. Abi menduga kalau suasana hati Nara sedang rusak karena masalah skripsinya.

"Kamu mau shoping? Bebas beli baju sebanyak-banyaknya."

Lagi-lagi Nara menggeleng. Akhirnya Abi memutuskan untuk bungkam seraya berfikir apa yang harus ia lakukan untuk membuat Nara kembali seperti biasa.

"Jadi aku keponakannya Mas nih?" tanya Nara ketus.

Abi kembali menghadap Nara. Sedetik kemudian baru ia sadar, kalau Nara mendiaminya bukan hanya karena masalah Alden tetapi juga karena pengakuannya tadi.

"Bukannya kamu sendiri yang bilang kalau nggak mau orang lain tau status kita?"

Pandangan Nara mengabur, hingga saat ia mengerjapkan matanya setitik cairan hangat turun membasahi pipinya. Dialihkan pandangannya dari wajah Abi. Untuk sepersekian menit mereka hanya terdiam, Nara yang merasakan nyeri dihatinya dan Abi yang terdiam memikirkan sesuatu.

"Jadi kamu maunya gimana?" tanya Abi dengan nada lembut.

"Mau dikenalin ponakan atau sebagai istri?"

"Aku nggak suka liat orang-orang pada genit sama Mas." Nara berkata lirih.

"Jadi?"

"Ish Mas ini nggak peka banget." Nara semakin merajuk saja dibuatnya.

"Okey, jadi kamu istri saya."

"Telat, orang-orang pada tau Mas Abi itu Om aku."

"Kan kamu sendiri juga yang ngenalin saya sebagai Om kamu."

"Kok Om jadi nyalahin aku sih?!" bentak Nara tak suka.

Abi berdecak, "Saya nggak nyalahin kamu."

"Semua cowok sama aja," ucap Nara pada akhirnya.

"Berarti saya sama kayak oppa-oppa korea kamu itu?" tanya Abi.

"Enggak!" balas Nara tidak terima.

"Tapi tadi kata kamu semua laki-laki itu sama aja."

"Sifatnya."

"Maksud kamu sifat saya sama kayak oppa kamu?"

"Enggak, cuma brengseknya aja."

"Jadi oppa kamu brengsek?"

Nara menghembuskan nafasnya kesal, "Om ada masalah hidup apa sih?"

Abi menatap Nara sejenak lalu kembali berfokus pad jalanan yang berada di depannya, "Istri saya lagi ngambek, cuma itu masalah saya, dia suka susah dibujuk."

"Makanya jadi laki-laki jangan suka ngeselin, jangan apa-apa istri yang disalahin jadi cowok itu harus banyak-banyak ngalah!"

"Tolong bantu saya supaya istri saya mau maafin."

"Istri Mas nggak mau maafin."

"Yaah masa laki-laki kayak saya dianggurin? Rugi banget dong. Memangnya nggak takut suaminya diambil orang?"

"Kalau suaminya genit dari sananya ngapain takut." setelahnya Nara mengambil earphone dan menyumpalnya di telinga.

𝓗𝓮𝓵𝓵𝓸, 𝓜𝓻. 𝓢𝓮𝓰𝓪𝓵

Nara bangun merasakan pipinya dikecup lengkap dengan suara bisik-bisikan yang terdengar lembut menyapa indera pendengarannya.

Hello, Mr. Segal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang