Semakin Nara mencoba meyakinkan dirinya semakin batinnya terluka. Setiap hari selama tiga hari berturut-turut hidupnya kian terasa hampa.
Tidak ada yang ia omeli, tidak ada pukulan ketika ia dipeluk, tidak ada perdebatan kecil yang biasa terjadi dan tidak ada semua hal yang berhubungan dengan seorang Abimana Segal.
Abimana benar-benar marah dan marahnya orang sabar lebih mengerikan. Seperti malam sebelumnya setelah makan malam Abimana langsung masuk ke dalam ruang kerjanya, menghabiskan waktu di sana sampai pagi menjelang.
"Athala jangan lupa PR yang tadi belum selesai diselesaikan malam ini," peringat Nara yang dibalas acungan jempol oleh Athala.
Oke. Nara sedang mencoba menerima takdirnya sebagai ibu sambung sementara. Seperti pesan ibunya ia harus bersikap baik pada Athala dan Marsha dengan memberikan kasih sayang.
Mungkin untuk Marsha masih belum bisa, tapi kalau untuk Athala Nara bisa. Kasihan juga pada mereka karena sedari kecil sudah kehilangan kasih sayang dari seorang ibu, Nara bahkan tak bisa membayangkan bagaimana hidupnya tanpa seorang Ibu.
Nara menyandarkan tubuhnya di dekat wastafel dengan tangan yang bersedekap dada.
"Ibu kenapa?" tanya Hemas pelan takut-takut kena semprot karena telah menganggu ketenangan majikannya.
"Nggak apa-apa Bi."
"Ehmm maaf kalau lancang, tapi Bibi gatel pengen nanya ini."
Nara menoleh, "Memangnya mau nanya apa?"
"Ibu sama Bapak lagi berantem ya? Dari setelah pulang kok nggak pernah keliatan ngobrol."
Nara tersenyum masam, "Ya gitu deh Bi, Om rese masa dia mukul orang yang udah bantuin aku sampai babak belur."
Bi Hemas tampak terkejut mendengarnya, "Tapi Bu setau saya Bapak nggak suka nyari masalah kalau orangnya yang mulai."
"Waktu itu dia salah paham, ngeliat pinggang aku dipegang sama cowok itu padahal kan dia cuma bantu nahan supaya nggak jatuh." Nara menggaruk kepalanya.
Bi Hemas tersenyum menanggapi.
"Ternyata Bapak masih sama ya. Dulu juga Bapak pernah berantem hebat sama mendiang istrinya karena ngeliat dekat sama cowok lain."
"Kok Bi Hemas tau? Suka nguping ya?" tuduh Nara yang langsung dibalas gelengan oleh Bi Hemas.
"Waktu itu nggak sengaja dengar."
Nara mendengus, sambil berfikir Nara mengetuk-ngetuk dagunya.
"Eh Bibi mau kemana?"
"Mau nganterin den Atha susu." Bi Hemas menunjuk nampan yang ia bawa.
"Biar saya aja Bi."
"Serius Bu?"
"Iya. Sini!" Nara mengambil alih nampan yang berada di tangan Bi Hemas dan dibawa ke kamar Athala.
"Atha," panggil Nara.
"Mama." Athala berbalik menghadap Nara.
"Ini susunya, selamat belajar lagi."
"Terima kasih Mama." Nara memegang kepala Athala dan tersenyum.
"Mama!" panggil Athala lagi membuat Nara kembali berbalik menghadapnya.
"Atha senang Mama udah nggak pernah marah-marah lagi. Atha sayang Mama."
Nara mengerjapkan mata. Ada rasa haru yang ia dengar, dirinya benar-benar merasa jadi orang jahat. Setelah perlakuan Nara yang kurang ajar tapi Athala tetap menanggapnya sebagai orang baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Mr. Segal [END]
RomantikSegal series 1 Tampan, mapan, berwawasan sepertinya julukan yang patut diberikan pada seorang Abimana Segal, seorang presdir di Segal group. Kegilaannya pada pekerjaan membuat Abimana tidak pernah lagi memikirkan pernikahan, jangankan pernikahan, un...