"Ibu yakin nggak mau ikut?"
Entah ini sudah menjadi pertanyaan yang keberapa kali Nara lontarkan dan jawaban Ibunya masih sama yaitu menggeleng.
"Ini kan liburan pertama kalian masa Ibu ikut."
"Nggak apa-apa lho Bu, ikut sama kami ya." Abimana ikut membujuk mertuanya.
Lagi-lagi Ibu hanya menggeleng.
"Besok aja ya, soalnya Ibu juga banyak pekerjaan."
"Pekerjaan apa sih Bu, ikut ya," bujuk Nara memberikan tatapan memelasnya.
"Lain kali aja lah ibu ikutnya."
Nara pasrah, bahunya melemas. Meski dalam hati ia bersorak, bukan karena ia durhaka hanya saja tidak ada yang mencaramahinya karena perlakuan tidak terpujinya pada suami dan kedua anaknya.
"Ya udah, tapi lain kali kalau kami ajak Ibu nggak boleh nolak."
Ibu mengangguk mengiyakan perkataan menantunya.
Nara menatap sekitarnya, banyak orang yang berlalu lalang. Ia kemudian menatap Adrian yang membawa kopernya dan juga milik Marsha.
Nara berdecak ketika beberapa perempuan yang berlalu lalang di bandara tersebut melihat Abimana dengan tatapan lapar.
"Om ini genit banget sih," gerutu Abimana yang masih bisa didengar Abimana.
Abimana memeluk pinggang Nara dengan possesive. Abimana tersenyum karena Nara tak memberontak sama sekali.
Tentu saja tidak, wong Ibunya masih berada di sana. Kalau tidak ada mungkin ia sudah ditendang sampai antartika. Mengetahui fakta itu, Abimana pun tidak mau menyia-nyiakan kesempatan.
"Genit bagaimana maksud kamu? Saya nggak pernah tebar pesona."
"Om lepasin deh," bisik Nara dengan emosi tertahan.
"Nak Abi, Ibu mohon maafkan Nara ya kalau dia tidak bisa menjadi istri yang baik. Nara anaknya pembangkang, jadi kalau nak Abi mau melakukan sesuatu harus dipaksa baru mau, sekali lagi maafkan Nara ya."
Nara melotot tak terima. Dalam hatinya berdecak kesal, Ibunya niat sekali untuk menjelek-jelekkan dirinya.
Abi hanya tersenyum, tangannya yang kekar masih setia memeluk pinggang Nara dengan possesive.
Tak Abi hiraukan tatapan peringatan dari Nara, sementara tak jauh dari sana Marsha malah mendukung Abi untuk menceritakan sikap kurang ajar Nara.
"Sebenarnya bu... " Abimana menggantung ucapannya, bibirnya berkedut menahan agar tidak tertawa karena sikap Nara yang sudah nelangsa.
"Sebenarnya apa nak? Nara lebih nakal dari pada yang Ibu kasih tau ya? Ya Allah, maaf ya nak Abi ini semua salah Ibu yang gagal mendidik Nara."
Mata Ibu nampak berkaca-kaca, sebelah tangannya kemudian terulur mencubit lengan Nara.
"Aduh, Ibu sakit ih," ringis Nara merasakan cubitan maut dari ibunya.
"Kamu ini nakal banget sih udah jadi ibu masa masih keras kepala? Dosa!" kata Ibu menatapnya garang.
"Enggak kok, Mas Abi nih kalau ngomong jangan setengah-setengah dong biar Ibu nggak salah paham. Heran, seneng banget liat aku diomelin Ibu."
Nara melepas paksa pelukan Abimana. Ia mendengus kesal.
"Nara kamu kok nggak sopan sama suami kamu!" kata Ibu dengan emosi yang semakin menjadi-jadi.
Nara memutar bola matanya. Selalu saja salah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Mr. Segal [END]
RomanceSegal series 1 Tampan, mapan, berwawasan sepertinya julukan yang patut diberikan pada seorang Abimana Segal, seorang presdir di Segal group. Kegilaannya pada pekerjaan membuat Abimana tidak pernah lagi memikirkan pernikahan, jangankan pernikahan, un...